Seperti di sektor lainnya, pandemi telah mengguncang sektor layanan kesehatan. Berbagai institusi mencari cara agar tetap dapat menawarkan layanan kepada masyarakat, namun tetap bisa menjaga jarak aman. Untuk organisasi kesehatan, termasuk rumah sakit, salah satu teknologi yang ditawarkan sebagai solusi adalah telemedicine (layanan kesehatan jarak jauh). Namun, sebenarnya inisiatif telemedicine ini sudah lama dikenal. Secara global, minat terhadap penerapan teknologi informasi untuk memberikan layanan kesehatan dari jarak jauh sudah muncul paling tidak sejak 2005, pada saat 192 anggota WHO (World Health Organization) mengadopsi resolusi tentang e-Health. Sejak saat itu berbagai inovasi dalam telemedicine terus berkembang. Di Indonesia, penyelenggaraan telemedicine sudah dimungkinkan dengan berlakunya Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No 20 Tahun 2019. Beberapa keuntungan telemedicine antara lain adalah memungkinkan pemerataan akses terhadap layanan medis terlepas dari lokasi geografisnya, mengurangi waktu tunggu (baik untuk diagnosis dan tata laksana), serta memungkinkan konsultasi jarak jauh dari fasilitas kesehatan tingkat pertama ke rumah sakit rujukan. Secara sederhana, praktik telemedicine bisa dimulai dengan konsultasi kesehatan jarak jauh via telepon, telepon video, atau pesan teks, menggunakan aplikasi yang umum. Namun untuk fasilitas kesehatan yang melayani pasien dalam jumlah banyak, diperlukan solusi telemedicine yang lebih lengkap dan terintegrasi. Tidak kalah penting, hal yang wajib diperhatikan dalam memberikan layanan kesehatan melalui aplikasi Telemedicine adalah keamanan dan keselamatan data pasien, seperti yang tercantum dalam Permenkes No. 20 tahun 2019.
Baca juga: Tantangan yang Akan Dihadapi jika Menerapkan Teknologi Telemedicine
Meskipun teknologi telemedicine menawarkan berbagai manfaat untuk organisasi kesehatan, tenaga kesehatan, dan pasien, rumah sakit mungkin belum dapat melihat urgensi untuk mengimplementasikan teknologi ini. Kapan suatu rumah sakit harus menerapkan telemedicine terpadu? Berikut kita lihat beberapa kondisinya.
Pasien yang semakin banyak
Semakin populernya asuransi kesehatan, baik lewat skema JKN (Jaminan Kesehatan Nasional), maupun asuransi kesehatan lainnya, telah membuat layanan kesehatan semakin terjangkau oleh masyarakat. Di sisi lain, pasien yang mengunjungi fasilitas kesehatan menjadi bertambah banyak. Hal ini dapat menambah beban terhadap organisasi kesehatan dan menurunkan kualitas layanan.
Sebuah survei PwC Health Institute pada tahun 2015 menyebutkan bahwa waktu tunggu untuk kunjungan dokter keluarga bisa mencapai rata-rata 19,5 hari, bahkan lebih lama dibandingkan spesialis seperti orthopedist (9,9 hari) atau cardiologist (16,8 hari). Bila rumah sakit Anda menghadapi masalah seperti ini, saatnya untuk mempertimbangkan penerapan solusi telemedicine.
Dalam banyak kasus, tidak semua layanan kesehatan harus dilakukan secara tatap muka langsung (in face). Mengalihkan konsultasi dan kontrol ke kanal telemedicine dapat membantu membebaskan sumber daya di fasilitas kesehatan, untuk para pasien yang benar-benar memerlukan penanganan langsung di tempat.
Kendala geografis
Di beberapa daerah, seperti di daerah pedesaan, daerah terpencil, atau daerah dengan fasilitas kesehatan yang minim, pasien mungkin harus bepergian cukup jauh untuk mengunjungi dokter. Hal ini dapat memberatkan pasien dan membuat mereka enggan untuk datang. Tidak hanya dari masalah biaya, tetapi juga waktu.
Layanan telemedicine dalam hal ini dapat mengurangi kesulitan bagi pasien berdomisili di daerah yang jauh dari fasilitas kesehatan. Konsultasi dan pemantauan bisa dilakukan dari jarak jauh, dan pasien hanya perlu datang secara langsung bila benar-benar diperlukan. Konsultasi jarak jauh dapat juga dilakukan antara rumah sakit dengan fasilitas kesehatan tingkat pertama yang lebih dekat dengan pasien.
Meningkatkan kepuasan layanan
Kerap terjadi, baik karena kesibukannya sehari-hari, pasien enggan menjadwalkan kunjungan ke dokter karena dianggap menghabiskan waktu. Akibatnya, pasien hanya akan datang ke dokter bila menghadapi situasi medis stadium lanjut.
Bila kunjungan tersebut sebenarnya dapat dilakukan melewati kanal telemedicine, pasien dan dokter bisa menjadwalkan konsultasi online. Pasien dapat langsung mendapatkan layanan pada jadwal yang sudah ditentukan sebelumnya. Tidak perlu lagi bepergian dan antre menunggu, yang bisa memakan waktu lama. Akibatnya, kepuasan pasien meningkat dan memberi nilai tambah buat organisasi kesehatan.
Baca juga: Telemedicine: Solusi untuk kenormalan baru di industri kesehatan
Lintasarta Telemedicine merupakan solusi telemedicine yang antara lain menyediakan fitur konsultasi jarak jauh baik lewat video maupun pesan instan, integrasi dengan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIMRS), serta fitur konsultasi antardokter. Dengan Lintasarta Telemedicine, organisasi kesehatan Anda dapat menawarkan layanan kepada pasien tanpa harus terhalang oleh jarak dan waktu, dan menawarkan kemudahan sebagai nilai tambah. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang solusi Lintasarta Telemedicine, silakan hubungi kami.