|
Lintasarta

Apa saja Sudah Dilakukan Pemerintah dan Universitas di Indonesia untuk Sistem Pendidikan Daring?

Pendidikan DaringPJJSmart Campus

Pendidikan telah menjadi salah satu sektor industri yang sangat terpengaruh terhadap penggunaan teknologi di tengah pandemi Covid-19. Kehadiran metode Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) mau tidak mau mendorong pengajar dan mahasiswa khususnya di tingkat perguruan tinggi untuk mengadopsi teknologi-teknologi di dalam proses belajar mengajar.

Namun, semenjak menurunnya kasus positif Covid-19 di Indonesia, beberapa universitas mulai kembali membuka gerbang kampus untuk para mahasiswa-mahasiswinya secara bersyarat dan tentunya mengikuti protokol kesehatan yang ketat.

Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), misalnya, ketika gelombang kedua Covid-19 menghantam Indonesia, UMJ sudah membuat kebijakan untuk luring atau tatap muka bagi pengguna laboratorium. Pada acara Webinar Lintasarta dan Tempo dengan judul ‘Pembelajaran Masa Depan, Di Mana Pun, dan Kapan Pun” (01/12), Rektor UMJ, Dr. Ma’mun Murod Al Barbesy, mengungkapkan bahwa UMJ tidak memiliki strategi khusus dalam menghadapi PJJ dan hanya membaca perkembangan dari naik turunnya kasus Covid-19.

PJJ atau pembelajaran daring pun menuai berbagai tanggapan positif maupun negatif. Mulai dari kemudahan Learning Management System (LMS) dalam mengirimkan materi atau memberikan tugas, hingga kendala jaringan Internet yang terbatas serta biaya yang merogoh kocek cukup dalam.

Apakah selamanya akan daring?

Secara umum, kuliah daring tentu memiliki lebih banyak manfaat, ketimbang kuliah secara tradisional atau tatap muka. Bahkan, metode kuliah daring sejak beberapa tahun lalu dianggap akan menjadi metode pembelajaran baru apabila mempertimbangkan proses digitalisasi yang terus berkembang, termasuk dalam dunia pendidikan.

Meskipun demikian, sistem luring juga akan tetap dijalankan. Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian dan Pengembangan Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Dr. Bambang Setiaji, pada kegiatan webinar tersebut mengatakan untuk pelaksanaan ujian memang sebaiknya dilaksanakan secara luring agar lebih efektif dan bermutu.

Pengimplementasian pendidikan daring sering disebut-sebut tidak memiliki mutu atau kualitas yang tinggi jika dibandingkan ketika luring. Namun, Ma’mun menyampaikan bahwa mutu atau kualitas akan tergantung kepada seberapa kreatif tim dosen atau pengajar dalam menyampaikan materi kuliah ke para anak didiknya. Semakin kreatif dosen menyampaikan dan mengemas materi kuliah, semakin tinggi antusiasme mahasiswa.

Inisiatif pemerintah dalam mendukung pendidikan daring

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia telah menjalankan program bantuan kuota Internet sejak 2020. Program ini bertujuan untuk membantu akses informasi bagi para guru, siswa, mahasiswa, serta dosen di jenjang perguruan tinggi dalam menjalani pembelajaran jarak jauh (PJJ) selama masa pandemi Covid-19 berlangsung.

Teranyar, Kemendikbud-Ristek menyatakan akan kembali melanjutkan program bantuan kuota Internet pendidikan pada 2022. Nantinya, peserta didik dan pendidik yang menerima bantuan tersebut adalah yang telah menerima bantuan kuota pada November hingga Desember 2020 dan nomornya masih aktif, sedangkan penerima bantuan yang terdeteksi menggunakan kuota hanya di bawah 1GB akan dicoret dari daftar.

Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan  Kemendikbud-Ristek, Prof. drh. Aris Junaidi, Ph.D., pada acara Webinar Lintasarta dan Tempo telah merincikan apa saja yang sudah dilakukan pemerintah dalam mendukung sistem pendidikan daring selama pandemi. Selain, pembagian kuota gratis kepada mahasiswa dan dosen, pemerintah juga memperkuat lagi program Sistem Pembelajaran Daring (SPADA) Indonesia. SPADA dapat memfasilitasi mata kuliah daring yang dapat diakses oleh seluruh anggota sivitas akademika dan bersifat real-time.

Tidak hanya itu, Aris juga menyampaikan, pemerintah telah menyiapkan 3.000 gawai berupa tablet yang diperuntukkan bagi pelajar yang tinggal di kawasan 3T tanpa jaringan WiFi. Tablet ini sudah dilengkapi dengan modul-modul pembelajaran sehingga pelajar dapat belajar mandiri. Terakhir, pemerintah berkolaborasi dengan Universitas Terbuka (UT) untuk meluncurkan Indonesia Cyber Education (ICE) Institute, yaitu menyediakan materi-materi kuliah. Dengan adanya ICE Institute, mahasiswa dapat belajar kapan saja, di mana saja, dan oleh siapa saja.

Mempersiapkan pendidikan daring dan luring yang maksimal

Jika dulu sistem mengajar dalam dunia pendidikan selalu bertatap muka, kini telah bertransformasi menjadi beragam model, termasuk satu di antaranya adalah metode Blended Learning. Pembelajaran Blended Learning adalah metode pembelajaran tatap muka (konvensional) yang digabung dengan metode e-learning atau jarak jauh yang berbasis teknologi digital untuk bisa saling melengkapi.

Blended Learning dianggap sebagai penyempurna dari metode e-learning, yang mengkhususkan para siswa melakukan proses belajar secara penuh dengan sistem daring. Dengan Blended Learning, proses mengajar dianggap akan lebih efektif dan tidak membuat siswa merasa cepat bosan karena tetap memiliki kesempatan berkomunikasi dua arah secara langsung.

Terdapat beberapa hal yang perlu disiapkan oleh pihak universitas dalam memaksimalkan sistem Pendidikan Blended Learning atau juga yang bisa disebut Hybrid Learning. Lintasarta Marketing and Solution Director, Ginandjar Alibasjah, menuturkan komponen-komponennya seperti: infrastrukur yang mencakup jaringan Internet dan Cloud; aplikasi seperti Learning Management System (LMS) yang dapat digunakan untuk mencari modul dan info kurikulum serta platform perkuliahan lainnya seperti e-Library dan e-Certificate; Konten dalam bentuk video, audio, gambar, maupun tulisan yang disimpan dalam Cloud; dan tools seperti laptop, komputer, atau smart whiteboard.

Ginandjar menambahkan, Lintasarta berkomitmen untuk tidak hanya mendukung PJJ dengan menyediakan komponen-komponen tersebut, tetapi juga solusinya melalui Lintasarta Smart Campus. Dengan Lintasarta Smart Campus, perguruan tinggi dapat menerima solusi ICT menyeluruh, mulai dari fasilitas infrastruktur IT yang andal, platform, sistem terintegrasi untuk manajemen, hingga aplikasi mobile.

Kondisi seperti sekarang ini memaksa kita untuk mengubah hampir segalanya menjadi serba digital, maka diperlukan transformasi yang sesuai dengan kebutuhan. Dari sisi people, misalnya, terdapat dua hal, yaitu pengelola pembelajaran dan pengguna seperti dosen dan mahasiswa. People memiliki tantangan baik dari bisnis dan kampus. Tidak mudah bagi pengelola untuk mengatur dan mengawasi Cloud dan aplikasi, salah satunya karena keterbatasan keahlian dan pengetahuan sehingga penggunaan Cloud dan aplikasi akhirnya tidak maksimal.

Dengan menggunakan Lintasarta Smart Campus, pengelola infrasturktur kampus tidak perlu khawatir lagi jika ada kendala di area IT, karena Lintasarta merupakan perusahaan total solutions yang akan membantu kampus dalam mengelola IT.

Saksikan video webinar secara on-demand di kanal YouTube Tempo, atau silakan hubungi kami jika ingin mengetahui lebih lanjut mengenai Lintasarta Smart Campus.

Berita Lainnya

Layanan ‘one stop solution’ untuk perkembangan bisnis Anda!