Perkembangan industri 4.0 secara tidak langsung akan menyinggung berbagai lini dalam kehidupan masyarakat. Mulai dari perubahan pola perilaku saat beraktivitas, bekerja, hingga juga ketika mengenyam pendidikan. Penggunaan teknologi pun semakin digencarkan dan hal tersebut masuk ke dalam dunia pendidikan, tidak terkecuali di Indonesia.
Pada pertengahan 2020, pemerintah Indonesia sempat mencanangkan Pendidikan 4.0, yang menjadi satu di antara target pekerjaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Pendidikan 4.0 diharapkan dapat menutup celah masih tertinggalnya sejumlah metode pendidikan di Indonesia.
Baca juga: Digitalisasi kampus dengan Smart Campus di Indonesia
Secara umum, penguasaan teknologi untuk mendukung beragam kegiatan siswa di Indonesia bisa dikatakan sudah cukup baik. Hanya saja, secara sistem dan kultur Pendidikan, menurut hasil beberapa riset belum memberikan hasil yang cukup memuaskan.
Hasil survei Organization for Economic Cooperation and Development, misalnya, mereka mencatat pemerataan akses untuk belajar secara daring di Indonesia masih sangat rendah sepanjang 2020. Dalam catatan organisasi tersebut, siswa di Indonesia yang memiliki akses ke komputer dan Internet hanya 34%.
Catatan di atas tentu dipengaruhi oleh adanya pandemi Covid-19 yang masih berlangsung hingga sekarang. World Economic Forum pada kuartal kedua 2020 pun mencatat kegiatan belajar sekitar 1,2 miliar anak di dunia pun terganggu akibat adanya pandemi.
Meskipun begitu, adanya pandemi seharusnya dapat dijadikan momentum bagi pemerintah di Indonesia untuk semakin memfokuskan digitalisasi dalam dunia pendidikan, sekaligus menerapkan agar Pendidikan 4.0 di Tanah Air dapat berjalan maksimal.
Infrastruktur pendidikan 4.0
Salah satu faktor utama agar Pendidikan 4.0 dapat berjalan dengan baik adalah memastikan berbagai infrastruktur pendidikan dalam pembelajaran digital dapat dimaksimalkan. Sebab, beberapa institusi pendidikan atau sekolah di Indonesia kiranya belum memiliki sistem dan platform teknologi pendidikan yang memadai, atau setidaknya merata.
Banyak perguruan tinggi yang belum siap terkait infrastruktur seperti server, Internet, dan sistem keamanan untuk menangkal serangan siber. Banyak mahasiswa dan dosen mengeluhkan sistem yang disediakan tidak dapat diakses, sehingga mengganggu jadwal belajar dan mengajar secara daring. Hal ini terjadi karena adanya lonjakan pengguna yang tinggi, sedangkan infrastruktur yang dimiliki perguruan tinggi belum dapat menampung semua pengguna yang banyak dalam waktu bersamaan.
Baca juga: Smart campus bantu perguruan tinggi tangkal pandemi
Sejauh ini, khususnya pada masa pandemi, komunikasi yang dilakukan oleh para pengajar dan siswa biasanya hanya terbatas dalam penggunaan aplikasi video conference. Hanya saja, batasan fitur dalam aplikasi tersebut tentu saja akan berdampak pada efisiensi dan efektivitas belajar.
Sementara itu, pemerintah melalui Kemendikbud pun telah mengakui memang sulit untuk menemukan platform yang cocok untuk institusi pendidikan di Indonesia. Oleh karenanya, saat ini, institusi pendidikan dituntut lebih kreatif dan inovatif dalam menyusun metode atau sistem pembelajaran dengan memanfaatkan penggunaan teknologi.
Penerapan teknologi
Beberapa institusi pendidikan di Indonesia sebenarnya sudah menerapkan sejumlah teknologi. Hal ini dapat dilihat dari beberapa perguruan tinggi negeri yang menerapkan konsep Smart Campus sehingga dapat mempermudah aktivitas para siswanya dan memangkas proses pembelajaran menjadi lebih praktis.
Universitas Padjadjaran (Unpad), misalnya, yang saat ini telah menerapkan kebijakan ujian skripsi secara daring melalui layanan video conference. Selain itu, Unpad juga telah membuka layanan ijazah dan transkrip digital untuk memfasilitasi para siswanya selama masa pandemi.
Hal sama pun dilakukan Universitas Airlangga, yang telah menyelenggarakan pembelajaran Ujian Tengah Semester (UTS) dan skripsi secara daring. Inisiatif yang digagas Pusat Inovasi Pembelajaran dan Sertifikasi Unair tersebut telah membuat pengajar dan siswanya dapat melakukan aktivitas kuliah seperti biasa secara real-time lewat teknologi.
Langkah memaksimalkan peran teknologi dalam sistem pengajaran beberapa perguruan tinggi tersebut haruslah terus dikembangkan agar merata. Terlebih, beberapa survei menyebutkan, perubahan model gaya pembelajaran pada saat pandemi diharapkan dapat terus diaplikasikan. Dalam survei Litbang KOMPAS, misalnya, yang mencatat 41,7% respondennya berharap untuk melanjutkan pembelajaran jarak jauh pascapandemi.
Lintasarta yang memiliki pengalaman lebih dari 33 tahun dalam dunia teknologi di Indonesia juga turut berkomitmen untuk menyukseskan rancangan pemerintah dalam mewujudkan Pendidikan 4.0. Saat ini, Lintasarta memiliki solusi bernama Lintasarta Smart Campus, yang merupakan sistem terintegrasi untuk manajemen perguruan tinggi, dan aplikasi mobile untuk setiap sivitas akademika perguruan tinggi di Indonesia.
Baca juga: Pandemi Membawa Tantangan Keamanan Smart Campus, Apa Yang Harus Dilakukan?
Lintasarta Smart Campus juga berjalan diatas Cloud milik Lintasarta, sehingga perguruan tinggi tidak perlu khawatir akan kesiapan infrastruktur yang dimiliki, karena layanan ini sudah dilengkapi dengan berbagai fitur andal untuk kelancaran proses belajar mengajar.
Dengan menggunakan produk Lintasarta Smart Campus, perguruan tinggi di Indonesia dapat meningkatkan efisiensi serta kualitas perencanaan, pengelolaan keuangan, administrasi dan pengadaan, hingga fasilitas kampus. Apabila Anda tertarik untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana solusi Lintasarta Smart Campus, silakan hubungi kami di sini.