Indonesia adalah negara dengan jejak jalan cerita sejarah yang panjang. Hampir di setiap penjuru Nusantara memiliki jejak atau artefak yang menarik untuk dikunjungi dan berpotensi menjadi daerah tujuan wisata sejarah unggulan. Sayangnya beberapa objek wisata sejarah tersebut kurang dilirik atau bukan menjadi tujuan wisata favorit bagi wisatawan. Umumnya, hal ini terjadi karena kurangnya informasi tentang tempat bersejarah tersebut dan kondisi fisik yang tidak menarik dan tidak terawat, sehingga terkesan kotor serta kumuh.
Kondisi ini pun menjadi pekerjaan rumah bagi Pemerintah Daerah dan Instansi terkait untuk mengubah kawasan wisata, khususnya objek wisata sejarah, agar menarik untuk dikunjungi. Di sisi lain, tempat wisata sejarah bukan hanya sebagai tempat rekreasi saja, lebih dari itu juga dapat menjadi tempat penelitian untuk menggali peristiwa di masa lalu dan tentunya akan berguna bagi masyarakat. Teknologi industri pariwisata kini semakin berkembang dan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan di atas. Lalu, apa saja langkah yang harus dilakukan? Berikut poin pentingnya yang bisa Anda simak.
Publikasi dalam bentuk website dengan konten yang menarik
Di era digital, masyarakat cenderung bergantung dengan Internet untuk kebutuhan sehari-hari. Hal ini bisa menjadi potensi besar bagi pemerintah daerah dan pengelola tempat wisata untuk mengoptimalkan wisata sejarah. Tidak hanya itu, sudah banyak film nasional yang menjadikan tempat wisata sejarah sebagai lokasi pengambilan gambar. Maraknya tren ini, masyarakat Indonesia mulai mengetahui lokasi-lokasi wisata bersejarah dan kerap berkunjung untuk mengabadikan gambar. Namun itu saja tidak cukup. Alangkah lebih baik jika tempat wisata sejarah dilengkapi informasi yang lengkap, sehingga tidak hanya berlibur, wisatawan juga akan memahami cerita sejarah di mana mereka sedang berada.
Baca juga: Bagaimana Pemberdayaan Kelompok Tani untuk Kemajuan Pertanian Lokal?
Penyajian informasi tempat wisata di dalam website dengan konten yang menarik dapat menjadi daya tarik masyarakat untuk berkunjung ke sana. Ulasan berbagai cerita sejarah yang dikemas dalam bentuk multimedia, informasi jadwal buka-tutup, dan juga peta lokasi serta daftar transportasi umum menuju ke destinasi wisata adalah beberapa informasi yang sering dicari masyarakat di Internet. Selain itu, pengelola tempat wisata juga dapat menambahkan fasilitas pembelian tiket secara online untuk memudahkan masyarakat membeli tiket.
Alat peraga yang didukung teknologi modern
Bila selama ini objek wisata sejarah dianggap membosankan, maka sebaiknya pemerintah daerah dan pengelola perlu melakukan terobosan baru, terutama bila ingin menjadikan potensi wisata sejarah sebagai program unggulan wisata. Terobosan ini diperlukan karena pengunjung membutuhkan pengalaman yang berbeda, tidak membosankan, yaitu pengalaman yang menarik dan spesial.
Teknologi industri pariwisata modern yang sudah diterapkan di museum-museum di luar negeri, dan beberapa museum di Indonesia, adalah teknologi Virtual Reality (VR) serta Augmented Reality (AR). Dengan penggunaan teknologi modern seperti VR atau AR, pengunjung akan merasa lebih personal dan terhubung lebih dekat dengan sejarah objek wisata tersebut. Terlebih lagi fakta menyebutkan bahwa saat ini generasi milenial mengonsumsi informasi dengan cara yang berbeda. Tidak lagi hanya membaca dan mendengarkan, mereka perlu efek dan terobosan yang “wow” untuk datang ke objek wisata tersebut.
Baca juga: Bagaimana Augmented Reality dan Virtual Reality membantu transformasi industri pariwisata?
Selain VR dan AR, pengelola tempat wisata sejarah juga dapat menggunakan teknologi tiga dimensi dalam hal pemutaran film berlatar sejarah, sehingga para pengunjung seolah berada dalam tempat dan kejadian sejarah tersebut.
Membuat fasilitas pendukung
Memaksimalkan objek wisata sejarah dalam rangka mewujudkan Smart City sebuah kota dapat dilihat dari segi pengelolaannya. Bila dahulu pihak pengelola objek wisata melakukan pengelolaan dengan data yang ditulis dalam sebuah kertas dan buku laporan lainnya, kini Anda dapat beralih ke sebuah aplikasi atau perangkat lunak (Software) yang menggunakan sistem informasi terintegrasi. Termasuk pula dalam pelaksanaan ticketing di objek wisata tersebut.
Baca juga: Memanfaatkan Potensi Wisata dengan Teknologi
Akan ada banyak keuntungan yang bisa diambil oleh pemerintah daerah dan pihak pengelola wisata dalam menggunakan sistem informasi terpadu dan paperless. Di antaranya adalah data di sebuah objek wisata semakin aman dan mudah dilacak bila dibandingkan menggunakan cara lama, seperti pengarsipan.
Untuk ticketing, para pengunjung pun tidak harus mengantre. Adanya sistem informasi terpadu memungkinkan para pengunjung membeli tiket secara online di mana saja dan kapan pun. Ketika mereka masuk ke objek wisata tersebut, pengunjung hanya perlu menunjukan barcode yang dikirimkan oleh sistem. Hal ini tentu bisa mengurangi kertas yang digunakan dan menjaga kelestarian lingkungan.
Baca juga: SKOTA Wisata by Lintasarta: Pendapatan Lancar di Era Pembayaran Cashless
Dalam rangka mewujudkan Smart City dan memaksimalkan objek wisata, diperlukan adanya kerja sama dengan perusahaan penyedia jasa sistem informasi terpadu. Pihak pemerintah daerah maupun pengelola wisata harus jeli dalam melihat perusahaan terbaik yang memberikan total solution, baik dari segi sarana dan prasarana. SKOTA Wisata by Lintasarta dapat membantu pemerintah daerah mendapatkan akses data kepariwisataan, sebagai acuan perumusan strategi pengembangan daerah di masa depan, khususnya di tengah pandemi di mana perubahan industri terjadi. Hubungi kami untuk mendapatkan informasi lebih lanjut terkait SKOTA Wisata by Lintasarta.