Saat ini, kemacetan sudah menjadi masalah bagi sistem transportasi di seluruh kota-kota di Indonesia. Tidak hanya di Jakarta, kota-kota seperti Malang dan Yogyakarta disebutkan oleh laporan Bank Dunia pada 2019 sebagai kota-kota dengan rasio waktu kemacetan tertinggi. Masalah yang sama juga ditemui pada kota-kota lainnya di luar Jawa seperti Padang, Bengkulu atau Pontianak.
Masalah kemacetan di kota ini menjadi penting karena Indonesia sedang mengalami urbanisasi besar-besaran. Menurut proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS), sebanyak 56,7% penduduk Indonesia tinggal di kota, dan persentase ini diperkirakan akan melonjak menjadi 66,6% pada 2035. Warga yang mengalami kemacetan ini bisa mengalami masalah seperti menderita stres dan mengalami penurunan kesehatan. Selain itu kemacetan juga menyumbang peningkatan tingkat polusi di perkotaan.
Karena desakan masalah kemacetan ini, pembenahan sistem transportasi dan lalu lintas menjadi semakin penting bagi pemerintah kota di Indonesia. Pemerintah sudah mulai dengan pembangunan sistem transportasi masal seperti Commuter Line di Jakarta Raya dan Yogyakarta-Surakarta, serta pembangunan sistem BRT (Bus Rapid Transport). Skema ganjil-genap di Jakarta sudah lama diterapkan untuk mengurangi kemacetan di jalur jalan-jalan utama. Namun, usaha pemerintah ini tidak selalu membuahkan hasil.
Baca Juga: Teknologi dan Masalah Sistem Transportasi Darat di Indonesia
BRT di Jakarta, misalnya, dianggap cukup sukses, dengan statistik sekitar 900 ribu orang per hari sebelum pandemi. Namun, di luar Jakarta, implementasi BRT belum berjalan seperti harapan. Skema pembatasan mobilitas seperti ganjil-genap juga masih sering mengundang protes dari masyarakat.
Untuk dapat merumuskan dan menerapkan kebijakan lalu lintas dan sistem transportasi umum dengan lebih baik, salah satu langkah yang dapat diambil pemerintah kota antara lain adalah bantuan dari teknologi informasi dan komunikasi (Information and Communication Technology atau ICT). Dengan kata lain, dengan menerapkan konsep kota pintar atau Smart City.
Pemanfaatan IoT dan Data untuk Sistem Transportasi
Smart City dapat dilihat sebagai kota yang menggunakan sistem teknologi informasi sebagai “jaringan saraf digital”, dari berbagai sensor yang terpasang di seluruh penjuru kota dan sumber-sumber informasi lainnya. Kita juga dapat mendefinisikan Smart City sebagai kota yang cerdas dalam menciptakan inovasi dalam hal pelayanan dan komunikasi terhadap penduduknya. Pada akhirnya konsep Smart City bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup warganya.
Penggunaan IoT (Internet of Things) adalah salah satu kunci penerapan konsep Smart City. Perangkat IoT sudah digunakan untuk berbagai keperluan, misalnya, lampu jalan pintar, kamera video pengintai, pemantau banjir, kualitas udara, lampu lalu lintas pintar, dan pemantauan transportasi umum.
Baca Juga: Bagaimana Peran Teknologi IoT dalam Memantau Polusi Udara
Penerapan IoT ini pada gilirannya dapat menghasilkan data dalam jumlah besar. Data ini dapat dimanfaatkan oleh pemerintah kota untuk meningkatkan dan mengoptimasi layanan, strategi dan kebijakannya, beserta data dari sumber-sumber lainnya. Optimasi layanan, strategi, dan kebijakan ini juga dapat diterapkan kepada sektor transportasi dan lalu lintas.
Sebagai contoh, manajemen sistem transportasi di London dan Barcelona memanfaatkan data yang dikumpulkan secara real-time dari lampu lalu lintas pintar. Sistem cerdas ini memproses data yang diperoleh dari sensor yang terpasang pada lampu lalu lintas. Hasilnya adalah lalu lintas yang lebih lancar dibandingkan sebelumnya.
Di Barcelona pergerakan transportasi publik dipantau dari sensor GPS (Global Positioning System) yang dipasang di kendaraan umum, serta sistem lampu lalu lintas pintar, dapat digunakan untuk memprioritaskan transportasi publik dan layanan darurat seperti ambulans.
Lebih jauh lagi, data yang diperoleh dari perangkat IoT ini dapat dimanfaatkan untuk perencanaan rute bus. Jaringan bus di Barcelona didasarkan pada analisis lalu lintas di dalam kota.
Halte juga ditempatkan untuk memungkinkan koneksi antara rute bus dan moda transportasi lainnya seperti metro, sepeda, dan trem. London dan Barcelona juga memanfaatkan data mobilitas penduduk dari aplikasi ponsel yang dipasang warga untuk memantau lalu lintas serta memanfaatkan layanan transportasi publik.
Baca Juga: Jenis Teknologi Penanggulangan Banjir di Beberapa Negara
Untuk mengatasi kemacetan, sudah seharusnya pemerintah kota di Indonesia mulai mengambil pendekatan berbasis data dalam mengelola dan merencanakan sistem transportasi. Ini dapat dirintis dengan menggunakan platform Smart City yang mengintegrasikan data, pemantauan IoT, dan analytics secara terpadu, seperti solusi SKOTA Data by Lintasarta.
SKOTA Data by Lintasarta adalah solusi Smart City yang dapat membantu para pemimpin kota dalam memantau, mengelola, dan menganalisis kota berdasarkan data yang terintegrasi, sehingga mereka mampu menentukan kebijakan secara efektif dan efisien. Untuk mengetahui lebih lanjut solusi SKOTA Data byLintasarta, silakan hubungi kami.