Ada banyak cara yang dapat dilakukan pemerintah kota (Pemkot) untuk meningkatkan kualitas kinerja. Salah satu yang cukup ampuh di era digital seperti sekarang adalah melalui social media listening atau social media monitoring. Pada dasarnya, social media listening adalah sebuah metode analisis untuk melihat berbagai macam respon target audiens terhadap tokoh, organisasi, atau merek tertentu dengan menarik data dari media sosial. Nah, dalam hal ini, target audiens tersebut merujuk pada masyarakat, dengan pemerintah bertindak sebagai pihak yang menganalisis respon mereka. Melalui social media listening, Pemkot bisa mendapatkan berbagai manfaat berikut ini. Mengukur Sentimen Masyarakat terhadap Pemerintah Pemkot pasti memiliki program-program yang diterapkan untuk masyarakat. Social media listening dapat membantu Pemkot untuk mengetahui apakah program-program tersebut diterima secara baik atau tidak oleh masyarakat. Dalam ilmu komunikasi, hal ini biasanya disebut dengan brand sentiment. Langkah tersebut ternyata telah dilakukan oleh Pemkot Bandung. Mereka memiliki sebuah platform bernama Suara Bandung untuk memonitor sekitar 23 akun resmi media sosial milik berbagai elemen Pemkot Bandung. Salah satu hal yang dilakukan Suara Bandung adalah mengukur sentiment yang diperoleh setiap akun resmi tersebut. Semua mention yang diterima oleh masing-masing akun resmi akan dianalisis dan diberi skor berdasarkan jumlah sentiment positif atau negatif yang diterima. Memonitor Adanya Berita Hoax Sudah tak terhitung berapa banyak berita hoax yang beredar di media sosial, baik itu tentang pemerintahan Indonesia atau yang lain. Adanya berita hoax bisa menimbulkan kepanikan yang tidak perlu, belum lagi merugikan pihak yang menjadi objek berita hoax tersebut. Tak hanya Pemkot, pemerintah pusat pun sebenarnya sudah mengambil tindakan yang cukup serius untuk menangani hal tersebut. Dilansir dari situs Kompas, Rudiantara selaku Menteri Komunikasi dan Informatika mengatakan bahwa pemantauan berita hoax bisa dilakukan melalui media sosial. Apabila Kemenkominfo menemukan akun yang menyebar kebencian atau fitnah, dapat dipastikan akun tersebut akan langsung diblokir. Mendapatkan Insight dari Masyarakat Melalui social media listening, Pemkot dapat menampung aspirasi yang insightful dari masyarakat. Sebagai pemangku kepentingan, Pemkot pasti akan menerima banyak masukan sekaligus keluhan terkait berbagai macam kepentingan. Belum lagi jika ada pro dan kontra tentang isu tertentu. Selain itu, Pemkot juga bisa mengetahui isu apa yang hangat diperbincangkan oleh masyarakat di media sosial. Dengan mengetahui aspirasi masyarakat, Pemkot bisa mengambil keputusan yang berbasis data akurat setelah dilakukan analisis yang tepat. Dengan begitu, langkah yang ditentukan setelahnya juga akan tepat sasaran dan dapat menjawab permasalahan di masyarakat. Bantu Atasi Banjir Saat musim hujan, ada beberapa kota di Indonesia yang cukup sering mengalami bencana banjir. Agar kondisinya tidak semakin parah, tentu dibutuhkan respon dan langkah yang cepat. Nah, social media listening dapat membantu Pemkot untuk melakukan hal tersebut. Untuk hal ini, sepertinya kota-kota di Indonesia bisa belajar dari DKI Jakarta. Bekerja sama dengan Fasilitas Infrastruktur SMART dan Twitetr Inc, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta membuat sebuah proyek bernama petajakarta.org. Proyek ini memanfaatkan kekuatan media sosial, khususnya Twitter, dengan mengumpulkan, memilah, dan menyajikan informasi terkait banjir untuk warga Jakarta secara real-time. Platform ini menggunakan perangkat lunak open source bernama CogniCity, sebuah kerangka pengetahuan GeoSosial yang memungkinkan pengumpulan dan penyebaran oleh masyarakat melalui seluler bergeolokasi. Itulah beberapa manfaat yang bisa didapatkan oleh Pemkot dengan melakukan social media listening. Semoga akan ada semakin banyak Pemkot di Indonesia yang menggunakan metode tersebut agar kualitas hasil kerja dapat meningkat dan membahagiakan masyarakatnya. Photo Credit: Pexels