Lembaga jasa keuangan saat ini diwajibkan untuk melakukan uji tuntas terhadap nasabah (Customer Due Diligence atau CDD). Salah satu tujuan CDD (sering juga disebut sebagai Know Your Customer atau KYC) adalah untuk mencegah tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme. Berbagai teknologi baru bisa membantu proses CDD, termasuk Artificial Intelligence (AI).
Perusahaan jasa keuangan seringkali harus mengeluarkan biaya dan waktu yang tidak sedikit untuk melakukan pemeriksaan terhadap nasabah. Sementara itu, kerepotan yang dihadapi untuk uji tuntas membuat calon nasabah enggan untuk membuka rekening baru dan mendapatkan layanan keuangan.
Baca juga: Apa Saja Kelebihan e-KYC untuk Industri Asuransi?
Financial Action Task Force (FATF), lembaga internasional yang mengawasi tindak pidana pencucian uang/pendanaan terorisme menyadari bahwa proses CDD ini bisa disederhanakan dengan bantuan teknologi. Dalam sebuah laporan berjudul Opportunities and Challenges of New Technologies for AML/CFT, yang diterbitkan Juli 2021 lalu, FATF telah mengidentifikasi serangkaian teknologi yang bisa membantu. Beberapa teknologi ini adalah kecerdasan buatan (Artificial Intelligence atau AI), identitas digital, dan blockchain.
Artificial Intelligence sebagai teknologi baru
Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan adalah teknologi yang memungkinkan mesin untuk meniru kemampuan berpikir manusia. Hal-hal yang bisa dilakukan antara lain adalah pengenalan pola (termasuk pengenalan huruf dan wajah), serta membuat prediksi dan rekomendasi.
Machine Learning (ML) adalah subset dari AI yang melatih mesin untuk belajar dari data, dengan intervensi minimal dari manusia. Tugas yang biasa dilakukan dengan menggunakan ML adalah mengidentifikasi pola, serta pengambilan keputusan. Natural Language Processing (NLP) adalah teknik AI lain yang memungkinkan mesin untuk memahami dan menafsirkan bahasa manusia.
AI, terutama ML, dapat digunakan untuk mengotomatisasi proses CDD (KYC elektronik atau e-KYC), antara lain untuk mendeteksi orang hidup dengan analisis ekspresi wajah dan deteksi gambar palsu. Sementara NLP bisa digunakan untuk mengekstrak informasi dari dokumen.
Proses CDD tidak berhenti saat pembukaan rekening, tetapi juga sesudahnya. Dalam hal ini, ML bisa digunakan untuk mendeteksi transaksi mencurigakan yang mungkin digunakan untuk pencucian uang atau pembiayaan terorisme.
Blockchain
Blockchain secara singkat dapat dideskripsikan sebagai buku besar digital yang merekam transaksi atau perubahan data. Buku besar ini dibagi dan direplikasi ke berbagai simpul-simpul tanpa otoritas terpusat. Berkat perlindungan kriptografi, rekaman transaksi tersebut tidak dapat diubah atau diganggu gugat.
Saat ini, proses verifikasi terhadap calon nasabah selalu dimulai dari awal. Padahal cukup besar kemungkinan calon nasabah tersebut sudah pernah membuka rekening di lembaga lain. Namun, lembaga keuangan yang melakukan CDD tidak bisa memanfaatkan hasil pemeriksaan oleh lembaga lain tersebut.
Baca juga: Menilik Manfaat e-KYC untuk Aplikasi Investasi Digital
Di satu sisi ini sebenarnya positif, karena berarti bank atau lembaga keuangan lainnya tersebut menjaga privasi informasi pribadi yang diperoleh saat melakukan pemeriksaan. Di sisi lain, ini berarti setiap lembaga keuangan yang butuh melakukan CDD harus selalu memulai dari nol. Blockchain diharapkan dapat mengatasi masalah ini dengan tetap menjaga privasi data nasabah.
Berbagai pihak seperti KPMG dan IBM telah menguji penggunaan blockchain untuk keperluan KYC. Agar efektif, penerapan blockchain untuk kegunaan ini harus dilakukan di tingkat nasional dan didukung oleh regulasi yang mengatur persoalan privasi yang mungkin muncul.
Identifikasi digital
Identifikasi digital dapat didefinisikan sebagai sistem yang dapat membuktikan bahwa seseorang yang mengakses suatu layanan memang orang yang berhak. Pembuktian ini dilakukan secara digital/daring (online).
Di luar negeri, sistem identifikasi digital sudah ditemukan seperti di India (Aadhar) dan Singapura (MyInfo), dan Lithuania (Smart-ID). Aadhar, MyInfo, dan Smart-ID sudah digunakan pada sistem e-KYC di ketiga negara. Selain itu, identifikasi digital juga dapat digunakan untuk keperluan lain, seperti untuk mengakses layanan publik dan membayar pajak.
Penerapan teknologi terkini dari Lintasarta e-KYC
Beberapa dari teknologi yang dibahas di atas sudah dapat Anda temukan pada solusi Lintasarta e-KYC. AI/ML merupakan dasar dari fitur Optical Character Recognition (OCR), face recognition (pengenalan wajah), dan liveness detection (deteksi orang hidup).
Selain tiga fitur yang didasarkan pada teknologi AI/ML itu, Lintasarta e-KYC dilengkapi dengan fitur video call (telepon video) yang digunakan oleh agen bank untuk wawancara dengan calon nasabah, serta tanda tangan elektronik (electronic signature) untuk pemastian identitas.
Baca juga: Bagaimana Memastikan Keandalan Teknologi e-KYC?
Lintasarta e-KYC merupakan solusi yang tersedia untuk semua jenis industri keuangan yang perlu melakukan proses uji tuntas nasabah, seperti perbankan, asuransi, Fintech, dan platform investasi. Dengan Lintasarta e-KYC, proses verifikasi bisa dilakukan dengan lebih cepat, dan pendaftaran nasabah baru bisa diselesaikan dalam waktu 5 menit saja.
Untuk mengetahui bagaimana solusi e-KYC dari Lintasarta dapat membantu perusahaan Anda dalam melakukan uji tuntas terhadap nasabah, silakan hubungi kami.