Pengembangan Smart City (Kota Cerdas) sudah menjadi fokus pemerintah di sejumlah kawasan, misalnya ASEAN. Hal tersebut lantaran banyaknya keunggulan menggunakan teknologi tersebut, salah satunya adalah mitigasi bencana.
Pertumbuhan penduduk perkotaan ASEAN terbilang cepat dan adopsi teknologi digitalnya tumbuh pesat khususnya di kalangan masyarakat. Menurut ASEAN Smart Cities Network, sebagian pertumbuhan ASEAN telah dan akan terus didorong oleh pusat-pusat perkotaan, diprediksi 90 juta orang akan bermigrasi ke kawasan ini pada 2030 mendatang.
Baca juga:聽Bagaimana Smart City dapat Meningkatkan Kesehatan Warga Kota?
Tentu, migrasi besar-besaran ini bukannya tanpa tantangan dalam mewujudkan Smart City. Ke depannya, pengembangan Smart City bakal berimplikasi pada isu-isu penting, salah satunya bencana alam yang bisa berdampak langsung terhadap kehidupan dan memakan banyak biaya yang sangat besar sebagai upaya pemulihan.
Atas dasar itulah, Smart City dalam perencanaannya mesti berperan dalam mewujudkan ekosistem masyarakat yang melek akan mitigasi bencana demi menekan angka kerugian akibat bencana yang terjadi.
Artinya, Smart City harus menghadirkan mekanisme penanggulangan bencana dan tanggap darurat dalam pengembangannya. Terutama di Indonesia yang terletak di lingkaran cincin api pasifik yang rawan bencana alam, seperti gempa bumi, tsunami, hingga gunung meletus.
Guna mewujudkan sistem tanggap darurat yang efektif, prioritas pertama adalah memastikan penduduk kota memiliki akses ke informasi langsung tentang situasi bencana dan langkah-langkah yang dapat mereka ambil untuk mengamankan keselamatan pribadi mereka.
Baca juga:聽Peran Teknologi Smart City pada Era Pasca-Pandemi
Jika orang-orang diberi tahu lebih awal dan diberi instruksi yang tertib untuk evakuasi, kepanikan yang meluas dapat dikurangi dengan lebih baik dan lebih banyak nyawa serta harta benda berpotensi dapat diselamatkan.
Pada titik inilah perencanaan Smart City benar-benar berperan, misalnya dengan menawarkan pengaplikasian teknologi informasi dan komunikasi yang terintegrasi. Sebagai contoh, infrastruktur broadband, Internet of Things (IOT), Cloud Computing, dan Big Data, yang bertujuan untuk meningkatkan tingkat keselamatan seluruh warga masyarakat.
Pemanfaatan IoT dalam Mitigasi Bencana
Teknik manajemen bencana saat ini sebagian besar bersifat reaktif. Artinya, tindakan baru dilakukan hanya setelah bencana terjadi. Pemanfaatan IoT bertujuan untuk menghapus budaya ini, dan jika mungkin mencegah bencana terjadi dari awal.
Perangkat IoT memiliki kekuatan untuk mengubah teknik manajemen bencana reaktif menjadi teknik prediktif. Penggunaan perangkat IoT berupa sensor, robot, dan kendaraan tanpa awak dapat membantu dalam kesiapsiagaan dan responsivitas yang lebih baik terhadap bencana alam seperti gempa bumi, banjir, dan kebakaran hutan. Tentunya, juga dapat membantu mencegah bencana buatan manusia seperti ledakan reaktor.
IoT dapat digunakan untuk tujuan berikut dalam manajemen bencana:
路聽聽 聽 Pemantauan Aktivitas Seismik
路聽聽 聽 Penanggulangan Kebakaran Hutan
路聽聽 聽 Pengamanan Pembangkit Listrik
路聽聽 聽 Operasi Pencarian dan Penyelamatan
Pengumpulan Data Terkait Bencana
Informasi real-time dan transformasi digital memberdayakan para pemimpin kota untuk mengambil tindakan agar tidak mengalami kerugian besar karena bencana. Tanpa akses ke informasi ini, tugas yang mustahil untuk memantau sepanjang waktu sambil memprediksi dan bereaksi terhadap bahaya yang akan atau mungkin terjadi.
Teknologi jaringan mengotomatiskan komunikasi ke elemen jaringan pintar, menghubungkan semua perangkat dan mengalihkan atau merutekan ulang daya dari jarak jauh. Secara otomatis, semua perangkat di lapangan dapat berkoordinasi satu sama lain untuk mengidentifikasi lokasi tertentu yang berpotensi terjadi bencana.
Melalui integrasi data, menghilangkan kebutuhan petugas untuk hadir ke area tertentu dalam mengidentifikasi secara langsung lokasi yang berpotensi terjadi bencana. Sebaliknya, memungkinkan mitigasi bencana yang lebih cepat dan efisien secara real-time.
Kesimpulan
Ketika bencana alam memburuk dari waktu ke waktu, memastikan keselamatan publik telah menjadi prioritas utama pemerintah kota di seluruh dunia. Untuk mengatasi kebutuhan ini, kota-kota berinvestasi dalam teknologi pintar untuk menghadirkan infrastruktur dan layanan penting sebelum, selama, dan setelah badai.
Bagaimanapun, dalam mewujudkan Smart City yang tanggap akan mitigasi bencana, perlu pihak pemerintah dan pihak-pihak terkait untuk berkolaborasi dan memecahkan masalah nyata dengan mengidentifikasi ancaman secara cepat serta memastikan respons yang cepat untuk mengurangi risiko.
Baca juga:聽Peran Teknologi IoT dalam Smart Farming
Berlandaskan akses ke teknologi, Smart City dapat membangun fondasi mitigasi bencana sambil mendorong nilai substansial bagi komunitas di dalamnya. Tanpa menyiapkan respons bencana dan rencana pemulihan, pemulihan dapat menjadi lebih berat dan mahal.
Lintasarta menawarkan solusi berupa Lintasarta Smart City yang diberi nama SKOTA by Lintasarta. Untuk informasi lebih lanjut, Anda bisa menghubungi kami atau mengunjungi situs skota.id.