|
Lintasarta

6 Tantangan yang Dihadapi dalam Penerapan Smart City

lintasarta smart citySmart City

Banyak kota di berbagai negara saat ini memiliki ambisi untuk melakukan penerapan Smart City (kota pintar). Bahkan, UNESCO dalam sebuah laporannya memprediksi bahwa Smart City pada 2030 mendatang bakal menjadi tren.

Namun guna mewujudkannya, perlu mengatasi tantangan yang terkait dengan pemetaan strategi kompleks, ini tentu melibatkan banyak pihak. Sebagai contoh, publik dan swasta, pemangku kepentingan baik yang terlibat langsung dan tidak langsung, integrator, penyedia layanan jaringan, vendor produk, penyedia infrastruktur Teknologi Informasi (TI), dan sebagainya.

Baca juga: Peran Smart City dalam Mewujudkan Kota Tanggap Mitigasi Bencana

Smart City harus memiliki landasan fundamental, basis infrastrukturnya adalah TI yang memenuhi dan mendukung beragam kebutuhan dan bisa menyesuaikan diri dengan kemajuan teknologi, seperti sensor Internet of Things (IoT), alat pengukuran dan analitik, serta didukung oleh kecerdasan buatan (AI) dan pembelajaran mesin (Machine Learning).

Tantangan dalam penerapan Smart City

Perencanaan Smart City merupakan tindakan yang melibatkan warga, organisasi publik, pemerintah negara bagian dan lokal, serta perusahaan swasta. Setelah keseimbangan ini tercapai, akan menciptakan peluang besar untuk bisnis, keberlanjutan, pencegahan bencana, keselamatan publik, dan peningkatan kualitas hidup.

Baca juga: Bagaimana Smart City dapat Meningkatkan Kesehatan Warga Kota?

Kendati demikian, ada tantangan yang dapat diatasi saat ini melalui kombinasi inovasi teknologi dan kolaborasi antara organisasi publik dan perusahaan swasta. Berikut ini merupakan ulasan 6 tantangan yang dihadapi untuk melakukan penerapan Smart City.

  1. Infrastruktur harus menjadi elemen dasar
    Elemen dasar kota pintar saat ini dirangkai bersama dari berbagai pemangku kepentingan, vendor, dan teknologi, yang menciptakan ekosistem terfragmentasi. Jadi, platform infrastruktur Smart City harus memungkinkan integrasi sensor, aplikasi, dan layanan tanpa batas untuk tidak hanya meningkatkan pengembalian investasi modal dari waktu ke waktu, tetapi juga memberikan landasan yang kuat bagi para pemangku kepentingan utama untuk perjalanan transformasi digital mereka.
  2. Infrastruktur IT Smart City harus agile dan fleksibel
    Infrastruktur yang tidak terukur akan sia-sia karena kemampuan Smart City terus berkembang. Sementara komponen modular memang merupakan blok bangunan yang diperlukan untuk Smart City, jumlah data yang digunakan untuk memberi daya pada komponen modular ini harus dapat ditingkatkan seiring dengan peningkatan jumlah data yang dihasilkan.
    Misalnya, saat kota-kota terus menjalin rute bus bersama, aplikasi berbagi perjalanan, dan pola kemacetan dengan infrastruktur transportasi seperti lampu lalu lintas, penggunaan data akan melonjak. Tanpa kemampuan untuk mengukur dan menghubungkan data yang diambil dari masing-masing perangkat ini, manfaat Smart City tidak dapat sepenuhnya terwujud.
  3. Kota membutuhkan pemrosesan dan analisis data yang efektif dan efisien
    Kemampuan untuk secara efektif dan efisien menangkap, menyimpan, dan menganalisis jumlah data IoT yang terus bertambah sangatlah penting. Smart City perlu berinvestasi dalam infrastruktur dengan kecerdasan yang dapat diskalakan sesuai kebutuhan, menangani beban data, dan mendukung alat analitik yang akurat agar dapat bereaksi dengan cepat dan bertanggung jawab.
    Pengenalan wajah adalah contoh sempurna dari teknologi baru yang membutuhkan infrastruktur yang dapat memberikan kinerja tertinggi di penyimpanan dan analitik. Seperti harus menyimpan sejumlah besar rekaman video tetapi juga memproses rekaman itu, dan mencari penanda tertentu. Dalam kasus penembakan di sekolah, misalnya, ini dapat berdampak besar dalam membantu penegak hukum mengidentifikasi penembak dan lokasi mereka dalam hitungan detik.
  4. Kota harus melindungi data penduduk untuk meredakan masalah privasi
    Sementara infrastruktur memberikan landasan bersama dan menawarkan kemampuan tingkat lanjut, data terbuka dan kepercayaan publik sangat membebani keberhasilan proyek Smart City. Dalam iklim saat ini, entitas pemerintah dan perusahaan swasta menghadapi peningkatan pengawasan atas pengumpulan data, dengan meningkatnya permintaan publik untuk transparansi dan pengawasan.
    Untuk mengatasi masalah kepercayaan, entitas pemerintah mulai mendengarkan masalah privasi dan membatasi cara organisasi mengontrol dan memproses identitas pribadi informasi. Inisiatif seperti ini bisa menjadi salah satu kunci untuk membangun kembali kepercayaan, namun seiring waktu, pejabat publik perlu menunjukkan komitmen sejati untuk mendorong transparansi baik bagi lembaga pemerintah maupun perusahaan swasta, serta kewajiban abadi untuk melindungi privasi warga negara tanpa mengorbankan keselamatan publik.
  5. Perbedaan politik bisa menjadi penghalang untuk penerapan Smart City
    Dinamika yang rumit dan siklus politik adalah tantangan berkelanjutan lainnya yang dapat menghambat inisiatif Smart City. Proyek kota pintar berskala besar seringkali menantang untuk didanai, karena memerlukan dukungan dari banyak pemangku kepentingan yang terlibat dalam mekanisme pendanaan publik-swasta yang memadukan kepentingan dari tingkat nasional, negara bagian, dan lokal dengan perusahaan swasta.
    Oleh karenanya, Smart City memerlukan strategi kuat yang dapat mengumpulkan komitmen jangka panjang yang mencakup skema administrasi, kebijakan, dan pendanaan. Selain itu, pemrakarsa proyek Smart City harus fokus untuk mempromosikan sifat berpikiran maju dari proyek-proyek ini dan manfaatnya yang menjangkau generasi baru dengan potensi untuk membuat bisnis dan kota lebih berkelanjutan, meningkatkan kualitas hidup warga, mendorong penciptaan lapangan kerja dan memicu pertumbuhan ekonomi.
  6. Organisasi sektor publik dan swasta perlu berkoordinasi
    Kolaborasi dan kerja sama antara pemangku kepentingan utama di kotamadya dan sektor swasta dapat menjadi rintangan lain bagi Smart City. Instansi pemerintah dan organisasi sektor swasta sering enggan untuk berbagi data sensitif atau membuat standar pada jaringan, alat, dan infrastruktur yang sama. Jadi, perlu membangun infrastruktur digital yang memungkinkan penegak hukum memantau data, menetapkan pola, tren, dan wawasan yang dapat ditindaklanjuti.

Baca juga: Peran Teknologi Smart City pada Era Pasca-Pandemi

Tantangan dalam membangun Smart City sangat kompleks dan dinamis. Semua pemangku kepentingan harus melihatnya sebagai proyek infrastruktur jangka panjang sambil menangani kebutuhan mendesak akan solusi jangka pendek untuk menyederhanakan dunia kita yang semakin digital, terhubung, dan kompleks. Memaksimalkan potensi Smart City hanya akan datang melalui kepercayaan warga yang dipadukan dengan bisnis dan pemerintah yang mengutamakan keselamatan, efisiensi, dan keberlanjutan.

Lintasarta menawarkan solusi berupa Lintasarta Smart City yang diberi nama SKOTA by Lintasarta. Untuk informasi lebih lanjut, Anda bisa menghubungi kami atau mengunjungi situs skota.id.

Lintasarta
|

6 Tantangan yang Dihadapi dalam Penerapan Smart City

Saat ini banyak kota yang berambisi untuk menjadi Smart City. Sayangnya terdapat beberapa tantangan untuk melakukannya karena konsep ini membutuhkan kerja sama berbagai pihak. Setidaknya terdapat enam tantangan dalam proses penerapan Smart City yaitu:

  1. Infrastruktur harus menjadi elemen dasar
  2. Infrastruktur IT Smart City harus agile dan fleksibel
  3. Kota membutuhkan pemrosesan dan analisis data yang efektif dan efisien
  4. Kota harus melindungi data penduduk untuk meredakan masalah privasi
  5. Perbedaan politik bisa menjadi penghalang untuk penerapan Smart City
  6. Organisasi sektor publik dan swasta perlu berkoordinasi

Berita Lainnya

Layanan ‘one stop solution’ untuk perkembangan bisnis Anda!