Pandemi masih belum usai, ketidakpastian akan terus terjadi meski 18,3 juta masyarakat Indonesia sudah menerima vaksin. Multiple Wave Economy yang membuat pergerakan ekonomi mengalami buka-tutup akan menjadi respons terhadap lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia. Melihat fenomena ini, pelaku bisnis perlu memikirkan kembali strategi baru untuk menghadapi perubahan yang ada. Lalu bagaimana nasib karyawan yang harus kembali bekerja dari rumah?
Karyawan tentunya akan terus dituntut untuk bekerja secara efektif dan efisien agar roda bisnis tetap berputar. Pandemi Covid-19 memberikan dampak luar biasa bagi karyawan, tidak hanya perubahan cara bekerja, tetapi juga dirundung rasa takut dan ketidakpastian. Di sinilah Human Capital Management (HCM) atau Sumber Daya Manusia tiap perusahaan dapat mengambil andil untuk melindungi dan memenuhi kebutuhan karyawan.
Baca juga: WFH selama Pandemi? Waspada Ancaman yang Mengintai Mata Ini
Pada kegiatan webinar yang dilaksanakan oleh Lintasarta dan SWA (26/7) dengan judul “Reinventing Human Capital in The New Normal Era”, Josef Bataona, Senior Expert of HR Practice yang juga mantan direktur HR Indofood, mengatakan bahwa irama tren industri 4.0 dan transformasi digital berbeda di tiap industri. Apalagi ketika Covid-19 hadir, seluruh pemegang kepentingan dipaksa untuk bersahabat dengan teknologi. Begitu juga di HCM, mulai dari talent acquisition, on-boarding, hingga pensiun. Belum pernah terjadi peran HCM menjadi begitu penting hadir di pentas bisnis.
Meningkatkan pengalaman dan ketertarikan karyawan
Pelaku usaha berlomba-lomba melakukan percepatan atau akselerasi transformasi digital, tidak hanya untuk melayani pelanggan, tetapi juga dalam kebutuhan sumber daya. Ketika ini sudah terjadi, perusahaan bukan saja harus mempersiapkan teknologi dan aplikasi platform yang canggih, tetapi juga perlu mempersiapkan sistem sumber daya manusia yang kuat.
Baca juga: Solusi Telemedicine: Membantu Rumah Sakit untuk Tetap Bersaing
HCM yang merupakan bagian penting dari tiap perusahaan memiliki peran aktif sebagai pendorong dalam proses digitalisasi di era penuh perubahan ini, yaitu menjaga pengalaman karyawan (employee experience) untuk meningkatkan ketertarikan (engagement) terhadap perusahaan. Di sini kejelian pemimpin sangat diperlukan untuk dapat mendekati, berkomunikasi, dan mengidentifikasi kebutuhan serta kesiapan kerja karyawannya untuk meningkatkan ketertarikan tersebut.
Josef juga menambahkan bahwa personalisasi dan “human touch” sangat penting untuk meningkatkan pengalaman dan ketertarikan karyawan. Tidak hanya sekadar mendiskusikan target dan pencapaian, tetapi juga hal-hal di luar pekerjaan yang membuat karyawan nyaman berdialog dengan para pimpinannya.
Peran tunjangan kesehatan dalam meningkatkan pengalaman dan ketertarikan karyawan
Tunjangan kesehatan karyawan atau yang sekarang lebih dikenal sebagai Digital Health Benefit terbukti dapat meningkatkan pengalaman dan ketertarikan karyawan. Di acara yang sama, Lintasarta Human Capital Management Senior Vice President, Triharry Darmawan Oetji, memaparkan kutipan dari Hay Engagement Survey terkait kepuasan karyawan meningkat sebesar 10% di tahun 2019 karena Digital Health Benefit yang diberikan perusahaan. Tentunya perusahaan harus bisa memberikan pelayanan maksimal kepada karyawan yang mengedepankan kemudahan dalam mengakses informasi tunjangan Kesehatan ini. Sehingga aplikasi perlu dibangun berdasarkan kebutuhan yang sudah ditentukan di awal.
Penerapan Digital Health Benefit tidak luput dari tantangan. Triharry mengatakan setiap perusahaan memiliki keunikan dan tantangan tersendiri dalam mengembangkan dan menerapkan Digital Health Benefit. Tetapi jika ingin dilihat secara umum, terdapat tiga tantangan, yaitu penggunaan teknologi yang sesuai, cara berpikir (mindset) dalam menggunakan aplikasi, dan fleksibilitas aplikasi.
Baca juga: Apa perbedaan layanan Telemedicine rumah sakit dan startup kesehatan?
Dalam kaitannya dengan Digital Health Benefit, menurut Josef terdapat tiga pilihan yang bisa perusahaan ambil, yaitu mengelola sendiri, menggunakan jasa penyedia (third-party), atau kolaborasi antar keduanya. Tetapi perlu diingat kembali, inisiatif ini harus sesuai dengan kebutuhan karyawan, yaitu fleksibel dan adaptif tidak terbatas pada suatu layanan tertentu.
Teknologi dan kesehatan karyawan dapat dikolaborasikan dan dijadikan solusi andal untuk meningkatkan pengalaman dan ketertarikan karyawan. Di sinilah Owlexa hadir untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Indar Siswanto, Owlexa Healthcare Senior Advisor, mengatakan dengan menyadari betul bahwa karyawan adalah aset penting perusahaan dalam bertransformasi, kesehatan mereka pun harus menjadi prioritas perusahaan. Maka diperlukan solusi administratif kesehatan yang fleksibel dan adaptif.
Administration Service Only (ASO) dari Owlexa
Lebih dari 3 dekade, Lintasarta hadir di Indonesia dengan solusi-solusi ICT andal yang dapat membantu dan memudahkan pelaku bisnis di berbagai lini industri menjalankan operasional bisnisnya. Selain infrastruktur dan solusi digital, Lintasarta juga memiliki unit bisnis yang fokus bergerak di bidang e-kesehatan yaitu Owlexa Healthcare.
Salah satu layanan yang ditawarkan Owlexa adalah Administration Service Only (ASO). Indar mengatakan ASO adalah pihak ketiga yang memudahkan perusahaan untuk mengelola layanan kesehatan karyawan seperti administrasi, kerja sama dengan rumah sakit, dan lain-lain. ASO dapat membantu perusahaan untuk melakukan efisiensi pengeluaran biaya dan memudahkan karyawan melakukan transaksi non-tunai, hingga informasi yang dapat diakses 24/7 menggunakan aplikasi.
Beberapa keuntungan jika perusahaan menerapkan Digital Health Benefit melalui layanan ASO dari Owlexa adalah kemudahan dalam mengakses informasi yang dibutuhkan, meskipun sedang melakukan perjalanan dinas ke luar kota, Owlexa akan memberikan informasi rumah sakit terdekat rekanan dan merupakan rekomendasi dari perusahaan. Kemudian jasa tele-konsultasi yang sudah bekerja sama dengan layanan kesehatan digital dan rumah sakit melalui Owlexa. Sehingga mempermudah karyawan berkonsultasi dan koordinasi dengan rumah sakit tersebut.
Baca juga: Inilah Faktor Kesuksesan Penerapan SIMRS di Rumah Sakit
Tidak hanya itu, keuntungan tunjangan kesehatan karyawan dapat diintegrasikan ke dalam satu aplikasi, seperti fasilitas rawat inap, rawat jalan, pengobatan mata, dan masih banyak lagi yang dapat disesuaikan dengan kebijakan perusahaan. Terakhir adalah layanan Telemedicine. Layanan ini akan memberikan kenyamanan bagi karyawan untuk berkonsultasi dengan dokter yang sudah dikenal. Jika rumah sakit di mana dokter tersebut praktik belum memiliki layanan Telemedicine, Owlexa dapat melengkapi dengan modul Telemedicine ini. Tim HCM dapat melihat rumah sakit mana yang biasa dikunjungi karyawan, sehingga dapat berkolaborasi kedepannya.
Melalui layanan ASO dari Owlexa, perusahaan dapat meningkatkan pengalaman dan ketertarikan karyawan pada perusahaan. Jika Anda ingin mengetahui lebih lanjut terkait layanan Owlexa ASO, silakan hubungi kami.