|
Lintasarta

Apa Saja Ancaman Fisik terhadap Data Center?

Data CenterLintasarta Data Center

Saat ini, Data Center sudah menjadi bagian penting dari infrastruktur perusahaan. Data Center pada dasarnya tidak hanya menampung dan menyimpan data, tetapi juga berbagai perangkat komputasi lainnya, termasuk server dan perangkat jaringan. Gangguan terhadap semua perangkat ini dapat mengakibatkan disrupsi operasional, sampai ancaman terhadap kelangsungan bisnis perusahaan. Karena itu pengamanan terhadap Data Center sangat penting.

Pengamanan Data Center dilakukan tidak hanya dari gangguan siber, tetapi juga ancaman fisik. Gangguan pada Data Center berakibat gangguan operasional (downtime/outage). Sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2016 dari Ponemon Institute memperkirakan, rata-rata kerugian sebuah Data Center bisa mencapai US$ 740 ribu dan maksimum US$ 2,4 juta. Kerugian per menitnya bisa mencapai US$ 8,851 (rata-rata). Tren kerugian disrupsi ini terus naik selama tiga survei yang diselenggarakan Ponemon.

Baca juga: 3 Tantangan Penggunaan Data Center Interconnect

Penyebab downtime ini paling banyak adalah kegagalan sistem UPS (25% pada 2016), diikuti oleh serangan siber (22%). Penyebab terbesar lainnya adalah human error (22%), kegagalan sistem pendinginan/air conditioning (11%), cuaca (10%), generator (6%), dan kegagalan perangkat IT (4%). Dari persentase tersebut dapat disimpulkan, downtime terhadap Data Center terutama disebabkan oleh gangguan fisik.

Berikut beberapa jenis ancaman fisik yang dapat mengganggu berjalannya Data Center Anda:

Gangguan pasokan listrik

Berbagai perangkat dalam Data Center tergantung kepada pasokan daya listrik yang stabil dan berkesinambungan. Gangguan terhadap pasokan listrik tidak hanya berarti gangguan operasional terhadap perangkat dalam Data Center, tetapi juga kerusakan perangkat.

Alat-alat seperti generator dan UPS (Uninterrupted Power Supply) dapat menjamin semua perangkat dalam Data Center mendapatkan pasokan arus listrik yang stabil.

Bencana alam

Bencana alam tidak hanya dapat mengganggu operasi, tetapi malah dapat merusak atau bahkan memusnahkan Data Center. Karena itu, sangat penting buat pemilik Data Center untuk memilih lokasi yang berisiko rendah dari bencana alam. Sebagai contoh, untuk menghindari gempa, Data Center sebaiknya dibangun di lokasi yang aman dari gempa tektonik dan vulkanik. Pemilik Data Center juga bisa memilih lokasi yang diketahui bebas banjir, atau merancang bangunannya agar tahan gempa dan banjir.

Kebakaran

Disengaja atau tidak, api bisa menjadi musuh bagi Data Center Anda. Pengelola Data Center harus siap-siap mencegah dan menanggulangi kebakaran yang mungkin terjadi.

Menurut Jurnal Uptime Institute, kebakaran sebenarnya cukup langka. Namun, kebakaran yang terjadi di Data Center, bila tidak dapat ditanggulangi dengan baik, bisa berakibat fatal. Tidak mengherankan bila standar Uptime Institute mengasumsikan fasilitas pemadaman api yang layak di Data Center.

Gangguan lingkungan

Mesin-mesin dalam Data Center biasanya menuntut lingkungan dengan suhu dan kelembaban yang terjaga. Lingkungan yang terlalu lembab atau terlalu panas akan mengganggu kerja mesin-mesin yang ditaruh dalam Data Center. Karena itu, suatu Data Center selalu dilengkapi dengan sistem pendinginan dan pengaturan peredaran udara.

Baca juga: Bagaimana Layanan Data Center Dapat Mendukung Solusi Kantor virtual?

Gangguan dari manusia

Ancaman terhadap Data Center juga bisa berupa sabotase atau serangan fisik lainnya yang dilakukan manusia. Untuk mencegah hal ini, pengelola Data Center dapat memasang sistem pengawasan seperti CCTV, mengamankan bangunan dengan satuan pengaman (security guard), dan penerapan access control system.

Solusi Lintasarta

Perusahaan jelas harus mengambil semua langkah yang diperlukan agar tidak terjadi ancaman fisik yang mengganggu atau bahkan merusak Data Center miliknya. Namun, langkah-langkah ini memakan biaya dan sumber daya. Belum lagi biaya untuk pemeliharaan infrastruktur Data Center agar tetap berjalan baik.

Solusi yang dapat membantu adalah memanfaatkan Data Center dari penyedia jasa Colocation. Dengan cara ini, perusahaan dapat mempercayakan semua langkah pengamanan fisik kepada pengelola Data Center. Perusahaan tidak perlu mengoperasikan dan mengamankan prasarana Data Center sendiri, yang mungkin menghabiskan sumber daya.

Bencana yang menghancurkan prasarana fisik juga dapat mengganggu kelangsungan hidup bisnis Anda. Karena itu sangat penting untuk mempersiapkan Disaster Recovery Plan (DRP). DRP akan termasuk pemilihan Disaster Recovery Center (DRC).

Lintasarta menyediakan layanan Colocation yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan yang ingin mengurangi beban dan biaya untuk keamanan fisik data dan perangkatnya. Lintasarta membangun Data Center yang sudah dirancang untuk mencegah terjadinya ancaman fisik seperti bencana alam, kebakaran, atau gangguan pasokan listrik.

Baca juga: Pentingnya Mempertimbangkan Lokasi Sebelum Memilih Data Center di Indonesia

Sementara itu, infrastruktur DRC Lintasarta juga berlokasi di daerah aman dari gempa dan banjir, dan dekat dengan PLTA Jatiluhur, sehingga cocok digunakan untuk backup Data Center Anda.

Untuk mengetahui lebih lanjut solusi Data Center dan Disaster Recovery Center dari Lintasarta, silakan hubungi kami.

Lintasarta
|

Apa Saja Ancaman Fisik terhadap Data Center?

Data Center sudah menjadi bagian penting dari infrastruktur perusahaan. Data Center pada dasarnya tidak hanya menampung dan menyimpan data, tetapi juga berbagai perangkat komputasi lainnya, termasuk server dan perangkat jaringan. Gangguan terhadap semua perangkat ini dapat mengakibatkan disrupsi operasional, sampai ancaman terhadap kelangsungan bisnis perusahaan. Karena itu pengamanan terhadap Data Center sangat penting.

Pengamanan Data Center dilakukan tidak hanya dari gangguan siber, tetapi juga ancaman fisik. Gangguan pada Data Center berakibat gangguan operasional (downtime/outage).

Sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2016 dari Ponemon Institute memperkirakan, rata-rata kerugian sebuah Data Center bisa mencapai US$ 740 ribu dan maksimum US$ 2,4 juta. Kerugian per menitnya bisa mencapai US$ 8,851 (rata-rata). Tren kerugian disrupsi ini terus naik selama tiga survei yang diselenggarakan Ponemon.

Penyebab downtime ini paling banyak adalah kegagalan sistem UPS (25% pada 2016), diikuti oleh serangan siber (22%). Penyebab terbesar lainnya adalah human error (22%), kegagalan sistem pendinginan/air conditioning (11%), cuaca (10%), generator (6%), dan kegagalan perangkat IT (4%). Dari persentase tersebut dapat disimpulkan, downtime terhadap Data Center terutama disebabkan oleh gangguan fisik.

Berita Lainnya

Layanan ‘one stop solution’ untuk perkembangan bisnis Anda!