Untuk maju dan berkembang, setiap usaha memerlukan perencanaan ke depan yang matang. Tugas utama provider teknologi informasi adalah mendukung rencana pengembangan itu agar bisa dijalankan dengan optimal.
Memberikan dukungan atas perencanaan untuk pengembangan ke depan tidak melulu hanya menawarkan teknologi terbaru. Tetapi bagaimana menyediakan produk yang sesuai dengan kebutuhan untuk pelaksanaan rencana tersebut. Dua hal ini, perencanaan pengembangan usaha ke depan serta teknologi komunikasi informasi dan produk yang dihasilkannya ini memiliki hubungan yang resiprokal, saling mempengaruhi. Pada satu titik, perencanaan ke depan bisa menjadi inspirasi bagi kemajuan teknologi informasi atau produk yang dihasilkannya. Di titik lain, tidak menutup kemungkinan perkembangan teknologi atau produk yang dihasilkan menjadi awal lahirnya perencanaan ke depan sebuah usaha, atau malah menciptakan peluang usaha baru. “Kadang saya sendiri bilang ke Lintasarta, kalau ada produk baru, kita diupdate, apapun produknya. Kadang-kadang kita perlu produk yang kita tidak terpikirkan sebelumnya. Ternyata teman-teman kita punya,” kata Vice President IT Bank Danamon, Susilo. Susilo memberikan contoh di banknya. Meski Bank Danamon sudah memiliki 300 cabang, mereka belum memiliki NOC yang 24 jam. Padahal, dengan makin banyaknya cabang, layanan yang diberikan kepada nasabah makin tidak boleh terganggu. Akhirnya, diputuskan bahwa perlu NOC yang bisa stand by 24 jam penuh. “Akhirnya kita perlu NOC dari luar yang bisa support 24 jam. Setelah bidding, akhirnya Lintasarta yang menang,” ujarnya. Provider teknologi komunikasi informasi, sebut Susilo, merupakan bagian penting dari sebuah bank untuk menjalankan operasional dan memberikan pelayanan kepadan nasabah. IT di bank itu adalah supporting unit, karena itu perlu kerja sama untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi nasabah. “Apakah mudah bagi Danamon untuk pindah provider? Bisa ya bisa tidak. Kalau sudah terlalu banyak memakai jasa provider tertentu, itu kan perlu waktu untuk pindah, tidak cepat,” katanya. Alasan itu yang meyakinkan bahwa setiap bank tidak akan diam begitu saja jika mitra kerjanya yang mendukung IT menunjukkan kinerja yang menurun. Kondisi saling membutuhkan ini menjadikan industri perbankan dan provider teknologi komunikasi informasi satu ekosistem yang saling mempengaruhi. “Kalau sakit, kita harus ingatkan mereka (provider) untuk berbenah. Kalau kita biarkan, kita yang pincang dan bisnis tepat kita nggak bagus. Kita tidak biarkan mati. Selama mereka bagus, kita bagus. Ini perlu sinergi, semacam satu ekosistem,” tuturnya. Rencana Bank Danamon ke depan, papar Susilo adalah menambah jumlah cabang, ATM dan mengembangkan segmen mikro. Menurut dia, dengan teknologi MPLS dan belum ada loncatan teknologi yang penting, semua itu sudah memadai. Salah satu kebutuhan yang dirasakan bakal booming adalah soal channel bank seperti internet banking, mobile application, mobile banking. Channel bank ini umumnya dimanfaatkan oleh orang-orang muda karena kemudahan yang ditawarkan. Orang-orang muda ini pada 5-10 tahun ke depan akan berubah menjadi kelas pekerja atau pengusaha. Ketika mereka sudah naik, maka kuantitas dan kualitas penggunaan channel bank itu akan makin besar. “Saya kira itu perlu untuk diantisipasi,” paparnya. Kebutuhan akan teknologi komunikasi informasi baru, dirasakan oleh Exertainment Indonesia yang mengelola Celebrity Fitness. Manajer IT Exertainmet Indonesia, Ary Sudariyanto menyebutkan, mereka membutuhkan teknologi komunikasi informasi tanpa kabel yang bisa menghubungkan titik dengan kapasitas yang besar. “Sebenarnya ada itu namanya YMAX. Jadi tinggal di tempelkan dan di ditembakkan. Kita memakai teknologi itu di Celebrity Fitness di Malaysia. Saya minta ke Lintasarta untuk pakai ini sampai saat ini belum ada jawaban,” papar Ary. Selain kebutuhan akan teknologi, Celebrity Fitness juga memerlukan aplikasi untuk menjaring pasar yang lebih luas. Ary menyebut bahwa Celebrity Fitness butuh semacam kuis berhadiah yang bisa diikuti oleh semua orang dengan mengirimkan SMS ke nomor tertentu yang mudah diingat, seperti 112, atau 8888. Sayangnya, sampai saat ini, aplikasi ini belum juga bisa dipenuhi. Satu yang hal yang dirasakan, tukas Ary, selain teknologi dan aplikasi baru, untuk mendukung rencana pengembangan usaha, provider teknologi komunikasi informasi juga harus fleksibel. Artinya, makin ada kesesuaian antara kondisi riil yang sering terjadi di lapangan dengan kondisi di kantor. “Ini membuat lebih fleksibel dan lebih enak,” paparnya. Ada juga rencana pengembangan usaha ke depan belum memerlukan teknologi baru atau aplikasi baru. Yang dibutuhkan hanyalah perluasan jaringan dan menjaga stabilitas atas apa yang sudah ada sekarang ini. Hal ini yang terjadi pada Giordano Indonesia. Manajer IT Giordano Indonesia, Frandy menyebutkan bahwa mereka hanya membutuhkan koneksi yang stabil, tidak mudah down. Kapasitas yang ada sekarang dirasa masih bisa memenuhi kebutuhan bisnisnya. “Asal dia nyambung aja, pakai jalur apa saja tidak masalah, asal stabil. Lalu ada back up untuk redundant, satu menjaga yang lain. Kalau satu mati, ada lain yang jalan,” tuturnya. Frandy hanya mengingatkan soal harga. Menurut dia, dengan makin banyaknya provider, persaingan akan makin ketat dan harga akan jadi komponen yang dipertimbangkan. Ada baiknya mulai memikirkan bagaimana bisa memberikan nilai tambah pelayanan terhadap konsumen dengan harga yang sudah mereka bayar.