Pada saat ini bank tidak hanya menghadapi tantangan persaingan dari sesama lembaga perbankan tradisional, tetapi juga pemain nonkonvensional. Tekanan kompetisi ini, ditambah dengan ekspektasi nasabah yang semakin meningkat, menuntut bank untuk terus meningkatkan pelayanannya dengan meluncurkan berbagai inovasi digital.
Di Indonesia, mobile banking, atau kegiatan perbankan lewat ponsel dan gawai pintar lainnya, merupakan salah satu kunci inovasi digital. Pengguna ponsel pintar pada tahun 2020 diperkirakan akan mencapai 30% penduduk Indonesia (81,87 juta orang menurut proyeksi Statista). Sejak 2018, sebagian besar nasabah sudah bertransaksi lewat kanal digital, seperti gawai pintar dan Internet.
Electronic Know Your Customer (e-KYC) adalah inovasi digital lain yang juga penting, terutama untuk meraih nasabah baru. Proses uji tuntas (due diligence) terhadap calon nasabah biasanya harus dilakukan melalui proses tatap muka langsung di kantor cabang, yang bisa memakan waktu dan biaya. Masalah akses dan biaya merupakan dua penyebab utama kenapa pada tahun 2017 baru sekitar 48% orang Indonesia dewasa yang memiliki rekening bank. e-KYC telah disarankan Bank Dunia sebagai inovasi untuk meningkatkan jumlah warga yang dilayani oleh lembaga perbankan.
Baca Juga: 4 Teknologi Digital yang Dapat Diadopsi Industri Perbankan
Istilah branchless banking (layanan perbankan tanpa kantor cabang) sebenarnya bisa mencakup mobile banking. Namun di Indonesia, branchless banking biasanya mengacu ke program Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yaitu Laku Pandai (Layanan Keuangan Tanpa Kantor dalam Rangka Keuangan Inklusif). Program ini mendorong penyediaan layanan keuangan dan perbankan melalui pihak lain (agen bank). Berbagai pihak dapat bertindak sebagai agen bank, mulai dari toko, agen pulsa, sampai perorangan.
Pada saat ini, 34 bank telah meluncurkan program branchless banking. Lebih dari 1,1 juta agen telah melayani sekitar 25,8 juta nasabah pada bulan September 2019. Untuk mendukung kegiatan operasional, agen bank harus didukung oleh sarana teknologi informasi, yang bisa berupa ponsel dan Internet.
Baca Juga: 3 solusi ICT untuk industri perbankan dalam persiapan New Normal di Indonesia
Dapat dilihat bahwa semua inovasi digital perbankan terkini tergantung kepada keterhubungan dan jaringan Internet. Karena itu, lembaga perbankan harus memastikan bahwa inovasi digital tersebut sudah ditunjang oleh infrastruktur jaringan perusahaan dengan kualitas dan kinerja yang mumpuni.
Menjamin kualitas jaringan
Aplikasi mobile banking memungkinkan nasabah untuk dapat melakukan transaksi kapan saja dan di mana saja. Namun, hal ini juga membutuhkan jaringan bank yang siap tersedia untuk nasabah setiap saat, 24 jam sehari dan 7 hari dalam seminggu, dengan kualitas prima.
Layanan perbankan pada saat ini mulai memanfaatkan teknologi telepon video. Pada proses e-KYC misalnya, telepon video dilakukan pada tahap pemeriksaan identitas calon nasabah, menggantikan proses tatap muka langsung. Lembaga perbankan juga sudah mulai menjajaki teknologi telepon video untuk layanan konsultasi langsung dengan nasabah. Adopsi telepon video yang meningkat ini pada gilirannya akan meningkatkan beban bandwidth pada infrastruktur jaringan perbankan.
Baca Juga: Apa Tantangan Keamanan dalam Inisiatif Digital Dunia Perbankan?
Branchless banking membantu mempermudah nasabah yang belum nyaman berinteraksi secara digital, dan karena itu bisa menjadi pilihan buat nasabah yang tidak ingin menggunakan aplikasi mobile untuk bertransaksi. Namun lagi-lagi, layanan branchless banking tetap membutuhkan konektivitas dengan jaringan bank.
Adopsi teknologi SD-WAN akan mampu membantu lembaga perbankan mendapatkan infrastruktur andal untuk menunjang berbagai inovasi digitalnya. Fitur seperti Load Balancer, active-active WAN, dan Dynamic Multipath Optimization (DMPO) yang didapatkan dari teknologi SD-WAN menjamin ketersediaan, keandalan, dan kualitas jaringan.
Keamanan jaringan
Selain performa jaringan, aspek keamanan merupakan salah satu yang tidak boleh dilupakan ketika membangun inovasi digital di perbankan. Di Indonesia, bank masih menjadi sasaran para penjahat digital. Pada akhir tahun 2019, Badan dan Siber Negara meramalkan perbankan akan menjadi salah satu lembaga yang paling sering diserang para peretas.
Implementasi teknologi SD-WAN juga dapat membantu perbankan untuk mengelola keamanan jaringan dengan lebih baik. Dari segi keamanan data, koneksi data yang menggunakan jaringan SD-WAN sudah terenkripsi oleh IPSec tunneling. Fitur mikrosegmentasi dan kemudahan pengelolaan jaringan merupakan faktor plus bagi tim keamanan siber perusahaan dalam memantau jaringan dan membuat kebijakan keamanan. Untuk mendapatkan keamanan jaringan lebih baik, bank dapat menambahkan layanan seperti Unified Threat Management (UTM).
Dengan kemampuan menyediakan koneksi stabil, cepat, dan mudah dikelola dengan biaya terjangkau, SD-WAN merupakan landasan buat lembaga perbankan yang ingin mengadopsi inovasi digital tanpa kesulitan. Implementasi SD-WAN di lembaga perbankan akan lebih cepat lagi bila memanfaatkan layanan Lintasarta Managed SD-WAN.
Lintasarta sudah teruji dan berpengalaman puluhan tahun sebagai penyedia layanan IT komprehensif. Bila Anda ingin lebih tahu bagaimana layanan Lintasarta Managed SD-WAN dapat menunjang inovasi digital di perbankan Anda, silakan hubungi kami.