Digitalisasi dan teknologi informasi telah membuka peluang bagi lembaga keuangan dan perbankan digital untuk menekan biaya operasional, meningkatkan layanan kepada nasabahnya, dan menciptakan produk baru.
Baca juga: Ini Keuntungan jika Anda Memilih Managed Security Operation Center
Sebagai contoh, proses E-KYC telah mempermudah calon nasabah membuka rekening baru tanpa harus berkunjung ke kantor cabang. Tidak hanya itu, teknologi digital juga telah memungkinkan layanan dan transaksi perbankan tanpa kantor cabang (branchless banking), atau bahkan tidak lagi harus ke ATM. Semuanya cukup dilakukan melalui aplikasi web atau ponsel. Teknologi digital merupakan peluang yang harus dimanfaatkan perusahaan keuangan dan perbankan untuk berkembang lebih pesat dan memperoleh keunggulan kompetitif, terutama buat perusahaan kecil dan menengah. Pada kenyataannya di Indonesia, kebanyakan lembaga perbankan sudah bersiap-siap melakukan proses digitalisasi. Survei yang diterbitkan PwC pada 2018 menyebutkan, 66 persen responden, yang berasal dari berbagai bank di Indonesia, telah memasukkan strategi digital sebagai bagian dari strategi korporasi keseluruhan.
Masalah keamanan siber sebagai kendala
Meskipun potensi transformasi bisnis berkat teknologi digital ini sangat besar, pada kenyataannya masih banyak organisasi, termasuk keuangan dan perbankan, yang masih berhati-hati. Salah satu penyebabnya adalah masalah keamanan. Di industri perbankan Indonesia sendiri, survei PwC tentang perbankan digital menyebutkan, serangan siber dianggap sebagai ancaman utama terhadap bisnis digital dalam periode dua-tiga tahun sesudahnya (2018-2020/2021). Pihak BSSN (Badan Siber dan Sandi Negara) pada sebuah acara di akhir 2019 pun memperkirakan sektor perbankan masih akan menjadi sasaran utama buat serangan siber di tahun 2020. Secara global, Gartner meramalkan bahwa pada tahun 2020, 60 persen bisnis digital terancam mengalami kegagalan karena tim keamanan sibernya tidak mampu mengelola risiko.
Baca juga: Mengantisipasi Ancaman Siber pada Tahun 2020
Masalah keamanan IT merupakan persoalan serius untuk setiap organisasi, apalagi bisnis keuangan dan perbankan yang didasarkan pada kepercayaan. Serangan siber dapat menyebabkan pencurian data sensitif, atau bahkan kehilangan data. Survei dari PwC menyebutkan 14 persen responden perbankan di Indonesia mengalami kerugian di atas USD 1 juta, dan bahkan ada yang dibobol dengan kerugian di atas USD 100 juta. Melihat potensi kerugian tersebut, lembaga keuangan dan perbankan harus memperhitungkan aspek keamanan dalam strategi transformasi digital ini.
Membangun sistem keamanan IT
Untuk menjamin bisnisnya, lembaga keuangan dan perbankan perlu membangun sistem keamanan IT yang mumpuni, yang diawaki oleh tim yang profesional dan terlatih. Namun ini memiliki tantangan tersendiri, yaitu:
- Pertama, tim keamanan harus berusaha menangkal serangan terhadap aset IT perusahaan.
- Kedua, deteksi ketika insiden keamanan terjadi.
- Ketiga, tanggapan dan mitigasi yang diperlukan untuk mengatasi insiden keamanan. Industri keuangan dan perbankan juga harus memenuhi peraturan standar keamanan, baik dari regulator dalam negeri maupun standar internasional.
Tim keamanan IT perusahaan juga harus waspada terhadap ancaman siber yang terus berkembang, seperti penyebaran ransomware, phishing, dan malware. Perusahaan juga harus mewaspadai peretas yang mungkin khusus membidik perusahaan. Pada kenyataannya, perusahaan, terutama dengan sumber daya terbatas, kewalahan dalam memenuhi semua tantangan tersebut. Security Operations Center (SOC) merupakan komponen yang sangat penting dalam melakukan deteksi insiden keamanan dengan segera, dan memberi respon yang diperlukan. SOC melakukan pemantauan terus-menerus selama 24 jam, 7 hari dalam seminggu, diawaki oleh para profesional keamanan siber yang berpengalaman. Namun SOC menuntut investasi yang cukup mahal, tidak hanya untuk teknologinya, tetapi juga untuk kepakaran dan tenaga profesional yang dibutuhkan.
Managed SOC: membantu fokus ke perbankan digital
Di satu sisi keamanan merupakan aspek yang integral di dalam bisnis keuangan dan perbankan. Lembaga keuangan dan perbankan, baik berukuran kecil atau besar, tetap harus memerangi ancaman siber yang semakin beragam dan canggih, memantau dan tetap tanggap terhadap insiden keamanan yang terjadi. Managed SOC merupakan solusi untuk perusahaan yang tidak memiliki sumber daya dan waktu untuk membangun SOC sendiri, dengan berbagai keuntungan dibandingkan bila membangun SOC sendiri. Dengan memanfaatkan layanan managed SOC, lembaga keuangan dan perbankan bisa memperoleh jasa keamanan berkualitas tinggi, tanpa harus investasi awal dan lebih fleksibel.
Baca juga: Cara Memilih Colocation Server Indonesia yang Tepat
Dengan menggunakan jasa managed SOC, perusahaan mendapatkan manfaat sistem keamanan yang lebih baik dari investasi teknologi perusahaan penyedia layanan SOC, tanpa harus melakukan belanja modal sendiri. Perusahaan dapat memfokuskan investasi ke teknologi digital yang diperlukan untuk lebih kompetitif. Lintasarta menawarkan layanan Managed SOC sebagai bagian dari solusi Lintasarta IT Security. Bila Anda tertarik mengetahui lebih jauh tentang solusi ini, Anda dapat menghubungi Lintasarta di sini.