|
Lintasarta

Tips Menghemat Biaya Penggunaan Cloud

CloudCloud Computingcloud serviceCloudekaLintasarta Cloudeka

Pandemi yang masih berlangsung telah menjadi katalisator transformasi digital dan mempercepat adopsi Cloud Computing (komputasi awan) di banyak perusahaan yang melakukan migrasi karyawan ke lingkungan kerja virtual dengan menggunakan berbagai alat kolaborasi online.

Sebelumnya, mengacu ke laporan Boston Computing Group (BCG) dalam survei tahun 2019 di Asia Pasifik, belanja untuk Public Cloud sebenarnya telah tumbuh dengan laju pertumbuhan rata-rata majemuk (Compound Average Growth Rate atau CAGR) sebesar 25%. Pertumbuhan ini melebihi angka di Eropa Barat dan Amerika Serikat.

Baca jugaBagaimana Teknologi Cloud Bisa Bantu Perusahaan Asuransi untuk Berinovasi?

Selain itu, saat ini banyak eksekutif perusahaan di Asia Pasifik sudah melihat teknologi tersebut sebagai pendorong pertumbuhan bisnis. Lebih dari 70% perusahaan yang disurvei BCG meyakini bahwa teknologi tersebut akan memungkinkan mereka lebih cepat dalam berinovasi, namun dengan risiko implementasi yang lebih rendah.

Aspek biaya dan efisiensi masih jadi pertimbangan penting bagi perusahaan dalam menggunakan teknologi Cloud. Beberapa perusahaan menyebutkan, pengadopsian teknologi tersebut lebih didorong oleh efisiensi biaya, berkat model pay-as-you-go.

Akan tetapi, meskipun migrasi ke Cloud berpotensi untuk menekan biaya dan meningkatkan efisiensi, perusahaan tetap harus mengawasi pengeluaran yang dihabiskan untuk adopsi teknologi tersebut.

Baca jugaCara Memajukan Bisnis Kecil dan Menengah dengan Teknologi Cloud

Sebab, banyak perusahaan masih kesulitan mengendalikan biaya Cloud. Seperti yang dilaporkan survei Flexera State of the Cloud 2020, 70% responden menyebutkan bahwa mengelola biaya teknologi tersebut merupakan salah satu tantangan utama, nomor dua setelah tantangan keamanan.

Kesulitan pengelolaan belanja Cloud ini menyebabkan banyak perusahaan keliru dalam memperkirakan biaya yang harus dikeluarkan. Responden dari survei State of the Cloud 2020 menyebutkan bahwa persentase belanja teknologi tersebut yang melebihi anggaran mencapai rata-rata 23%. Namun, kelebihan belanja ini belum tentu digunakan dengan efisien. Para responden memperkirakan 30% dari aktivitas belanja tersebut ternyata adalah pemborosan (waste).

Optimisasi biaya Cloud Computing

Agar dapat memastikan belanja Cloud yang efisien, perusahaan perlu menerapkan langkah-langkah untuk optimisasi biaya.

Salah satu tantangan dalam menangani biaya teknologi tersebut ini adalah pengelolaan lisensi perangkat lunak yang digunakan. Sebagian besar perusahaan kesulitan memahami implikasi biaya lisensi perangkat lunak, memahami kerumitan lisensi, dan mengikuti aturan lisensi. Bila ada, perusahaan dapat mendayagunakan kepakaran dari tim software asset management dan vendor management.

Baca juga: Menghemat Anggaran Perusahaan dengan Adopsi Cloud Computing

Optimasi juga dapat dilakukan dengan mengidentifikasi pemborosan sumber daya Cloud. Beberapa perusahaan gagal mendayagunakan sifat elastisitas dan pay-as-you-go dari teknologi tersebut. Dari awal, mereka biasanya memesan kapasitas yang diperkirakan dapat menangani beban puncak, seperti pada infrastruktur on-premise. Padahal, biasanya kapasitas seperti ini hanya dibutuhkan pada waktu-waktu tertentu, dan pada waktu lain kapasitas berlebih  hanyalah pemborosan.

Pada beberapa kasus, perusahaan mungkin sudah memanfaatkan fleksibilitas Cloud, tetapi masih memesan sumber daya yang jarang atau tidak terpakai, dan tetap harus dibayar. Salah satu contoh adalah pengembang aplikasi yang memesan server dan storage virtual untuk pengujian produk, namun lupa mematikannya setelah selesai. Penggunaan peralatan pemantauan (monitoring) dapat digunakan untuk menemukan sumber daya virtual yang harus dinonaktifkan, dihapus, atau dikurangi.

Baca juga[Infografis] Tips Memilih Layanan Cloud Computing untuk Perusahaan Anda

Laporan State of the Cloud 2020 menyebutkan, semakin banyak perusahaan yang menggunakan perangkat otomasi untuk lebih lanjut mengoptimasi biaya. Perangkat otomasi ini dapat berguna, misalnya, untuk menonaktifkan beban kerja setelah jam kerja, mengurangi kapasitas sumber daya virtual (server, storage, dan lainnya), memeriksa kepatuhan lisensi perangkat lunak, menghapus storage yang tidak terpakai, dan lain-lain.

Lintasarta menyediakan solusi layanan Cloud yang bernama Cloudeka. Tidak hanya layanan Public Cloud, Lintasarta Cloudeka juga menyediakan rangkaian layanan Cloud lain seperti Private Cloud, Object Storage, Backup dan Disaster Recovery, Container as a Service (CaaS), Media Analytics, dan Intelligent Video Analytics (IVA). Lintasarta Cloudeka menawarkan sistem pembayaran pay-per-use untuk memudahkan Anda dalam membayar apa yang digunakan saja, sehingga dapat menghemat pengeluaran penggunaan Cloud.

Konsultasikan kebutuhan layanan Cloud Anda bersama Lintasarta Cloudeka agar dapat mencapai efisiensi biaya yang optimal. Untuk informasi lebih jauh tentang layanan Lintasarta Cloudeka, Anda dapat menghubungi kami.

Tips Menghemat Biaya Penggunaan Cloud

Aspek biaya dan efisiensi masih jadi pertimbangan penting bagi perusahaan dalam menggunakan teknologi Cloud Computing. Beberapa perusahaan menyebutkan, pengadopsian teknologi tersebut lebih didorong oleh efisiensi biaya, berkat model pay-as-you-go.

Agar dapat memastikan belanja Cloud yang efisien, perusahaan perlu menerapkan langkah-langkah untuk optimisasi biaya.

Salah satu tantangan dalam menangani biaya teknologi tersebut ini adalah pengelolaan lisensi perangkat lunak yang digunakan. Sebagian besar perusahaan kesulitan memahami implikasi biaya lisensi perangkat lunak, memahami kerumitan lisensi, dan mengikuti aturan lisensi. Bila ada, perusahaan dapat mendayagunakan kepakaran dari tim software asset management dan vendor management.

Optimasi juga dapat dilakukan dengan mengidentifikasi pemborosan sumber daya Cloud. Beberapa perusahaan gagal mendayagunakan sifat elastisitas dan pay-as-you-go dari teknologi tersebut. Dari awal, mereka biasanya memesan kapasitas yang diperkirakan dapat menangani beban puncak, seperti pada infrastruktur on-premise. Padahal, biasanya kapasitas seperti ini hanya dibutuhkan pada waktu-waktu tertentu, dan pada waktu lain kapasitas berlebih  hanyalah pemborosan.

Pada beberapa kasus, perusahaan mungkin sudah memanfaatkan fleksibilitas Cloud, tetapi masih memesan sumber daya yang jarang atau tidak terpakai, dan tetap harus dibayar. Salah satu contoh adalah pengembang aplikasi yang memesan server dan storage virtual untuk pengujian produk, namun lupa mematikannya setelah selesai. Penggunaan peralatan pemantauan (monitoring) dapat digunakan untuk menemukan sumber daya virtual yang harus dinonaktifkan, dihapus, atau dikurangi.

Berita Lainnya

Layanan ‘one stop solution’ untuk perkembangan bisnis Anda!