|
Lintasarta

Peran Public Cloud di Era Kerja Hibrida

CloudCloudekaDeka FlexiLintasarta CloudLintasarta Cloudeka

Kerja hibrida (hybrid work) tampaknya akan menjadi tren baru pasca-pandemi. Pada kerja hibrida, beberapa karyawan akan kembali bekerja dari kantor, sementara karyawan lainnya tetap bekerja dari rumah atau dari jarak jauh (remote working).

Pandemi telah memaksa bisnis untuk mengadopsi model bekerja dari jarak jauh seperti bekerja dari rumah (work from home). Berbagai survei menunjukkan bahwa para pekerja ingin perusahaan tetap menyediakan opsi bekerja dari rumah, meskipun mereka juga tidak sabar untuk bertemu dengan rekannya di kantor.

Survei yang diselenggarakan Edelman dan disponsori Microsoft menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan di Indonesia ingin tetap bekerja dari jarak jauh atau dari rumah. Sekitar 83% karyawan menginginkan opsi untuk bekerja fleksibel tetap ada, lebih tinggi dari rata-rata global yang hanya 73%.

Baca Juga: Deka Flexi: Public Cloud inovasi anak bangsa dengan harga terjangkau se-Indonesia untuk efisiensi bisnis

Sebagai perbandingan, survei PwC di Amerika Serikat menyebutkan bahwa sekitar 55% karyawan ingin tetap bekerja dari rumah, paling tidak tiga hari dalam seminggu.

Di seluruh dunia saat ini sudah semakin terbiasa bekerja dari rumah dan berkolaborasi secara daring. Gartner menyebutkan bahwa bahwa pada 2021, hampir 80% karyawan menggunakan alat kolaborasi daring. Ini meningkat 44% dibandingkan 2019, saat hanya sekitar 55% yang memakainya.

Gartner menyebutkan bahwa penggunaan alat penyimpanan daring/berbagi berkas meningkat dari 64% pada 2019 menjadi 74% di 2021. Penggunaan pesan instan juga naik dari 75% pada 2019 menjadi 80%.

Pada 2019, kebanyakan rapat (63%) dilakukan secara tatap muka. Ini menurun tajam pada 2021, saat hanya 33% rapat yang berlangsung secara fisik. Kecenderungan ini diramalkan akan berlangsung hingga 2024. Saat ini Gartner meramalkan hanya 25% rapat dilakukan secara fisik.

Berpindah ke Public Cloud

Perusahaan tidak dapat mengabaikan begitu saja tuntutan karyawan untuk bekerja lebih fleksibel dibandingkan masa pra-pandemi. Bila tidak, perusahaan berisiko kehilangan karyawannya ke perusahaan lain. Survei Edelman/Microsoft menyebutkan sekitar 63% karyawan menyebutkan keinginannya untuk pindah ke tempat baru.

Sementara itu, 49% mengungkapkan keinginan untuk pindah kerja. Pertimbangan untuk pindah tempat kerja ini adalah karena sekarang mereka bisa bekerja dari jarak jauh.

Tren berpindahnya cara kerja karyawan ke moda hibrida ini harus diikuti oleh dukungan infrastruktur teknologi informasi perusahaan. Salah satu cara yang bisa diambil adalah dengan mengalihkan lebih banyak infrastruktur ke layanan Public Cloud.

Ketika bekerja dari rumah atau lokasi lain di luar kantor, karyawan tidak akan lagi mengandalkan infrastruktur jaringan internal di perusahaan. Namun, akan lebih banyak memakai sambungan Internetnya sendiri.

Hal ini mewajibkan karyawan untuk tetap mengakses sumber daya yang berada di infrastruktur internal (on-premise) untuk keperluan pekerjaan belum tentu akan efisien.

Pada kenyataannya, di awal pandemi cukup banyak perusahaan yang terdorong untuk memanfaatkan aplikasi seperti Zoom, Google Meet, Slack, atau Microsoft Teams untuk tetap dapat produktif ketika bekerja dari rumah. Kebanyakan aplikasi ini berbasis web atau dapat dijalankan menggunakan browser.

Setelah pandemi mereda, perusahaan mungkin ingin mengevaluasi apakah penggunaan aplikasi kolaborasi seperti ini memang memenuhi kebutuhan mereka. Perusahaan dapat bertahan dengan aplikasi-aplikasi tersebut, atau berpindah ke layanan aplikasi kolaborasi berbasis cloud lain yang dianggap lebih memenuhi kebutuhan perusahaan.

Baca Juga: Mau Bangun Startup Digital? Simak Tips dari Investor

Alternatif lain adalah menggunakan solusi yang dikelola sendiri (self-hosted), tetapi tetap menggunakan infrastruktur Public Cloud, berbasis layanan Infrastructure as a Service (IaaS). Opsi seperti ini cocok apabila perusahaan tetap ingin mempertahankan keuntungan yang diperoleh dari aplikasi berbasis cloud, seperti dukungan bandwidth tinggi dan infrastruktur server yang andal, dan mudah diakses dari mana pun. Perusahaan dapat memperoleh kendali lebih jauh atas data dan keamanan, yang tidak dimungkinkan oleh aplikasi kolaborasi jenis Software as a Service (SaaS).

Migrasi ke layanan Public Cloud atas desakan cara kerja yang lebih fleksibel sebenarnya hanya akan meneruskan tren yang dimulai di awal pandemi. Pada saat itu, keharusan untuk bekerja dari rumah telah mendorong berbagai perusahaan untuk mempercepat adopsi komputasi awan.

Sebuah survei di awal pandemi menyebutkan bahwa sekitar 45% berencana mempercepat migrasi perusahaannya ke layanan cloud. Sekitar 82% mengungkapkan penggunaan layanan cloud mereka meningkat dan 66% lainnya menyebut pola penggunaan ini akan tetap bertahan dalam waktu dekat. Sekitar 76% telah meningkatkan belanja layanan cloud mereka.

Baca Juga: Perbandingan Layanan Cloud Backup dan Cloud Storage

Senada dengan itu, Gartner juga menyebutkan bahwa salah satu pendorong peningkatan belanja komputasi awan di masa depan adalah moda kerja hibrida. Menurut Gartner, pertumbuhan belanja ini akan mencapai US$ 482 miliar pada tahun 2022, meningkat 21% dibandingkan tahun sebelumnya. Khususnya belanja IaaS akan meningkat hingga USS 121 miliar.

Lintasarta Cloudeka

Perusahaan yang memutuskan untuk menggunakan layanan komputasi awan untuk kerja hibrida perlu memilih layanan Cloud dengan cermat, contohnya memilih layanan Lintasarta Cloudeka untuk infrastruktur yang mendukung kerja hibrida.

Tersedia pilihan layanan Deka Flexi dan Deka Prime sebagai opsi sesuai kebutuhan, didukung oleh konektivitas berkecepatan tinggi yang terhubung dengan IIX (Indonesia Internet Exchange) dan koneksi ke sambungan Internet internasional. Dengan demikian, aplikasi bisnis Anda yang dijalankan di layanan cloud Lintasarta dapat diakses dengan lancar tanpa hambatan.

Untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana Lintasarta Cloudeka dapat mendukung bisnis Anda dalam era kerja hibrida, silakan hubungi kami.

Peran Public Cloud di Era Kerja Hibrida

Kerja hibrida (hybrid work) tampaknya akan menjadi tren baru pasca-pandemi. Pada kerja hibrida, beberapa karyawan akan kembali bekerja dari kantor, sementara karyawan lainnya tetap bekerja dari rumah atau dari jarak jauh (remote working).

Pandemi telah memaksa bisnis untuk mengadopsi model bekerja dari jarak jauh seperti bekerja dari rumah (work from home). Berbagai survei menunjukkan bahwa para pekerja ingin perusahaan tetap menyediakan opsi bekerja dari rumah, meskipun mereka juga tidak sabar untuk bertemu dengan rekannya di kantor.

Berita Lainnya

Layanan ‘one stop solution’ untuk perkembangan bisnis Anda!