|
Lintasarta

Cloud Computing, Pondasi Startup di Indonesia

Cloud ComputingStartup

Cepatnya pertumbuhan bisnis perintis atau lebih sering disebut sebagai startup antara lain telah dipercepat oleh kehadiran teknologi Cloud Computing (komputasi awan). Di Indonesia, perusahaan startup juga ternyata sudah mengandalkan layanan Cloud untuk bisnisnya.

Seperti dilaporkan Asosiasi Cloud Computing Indonesia, sekitar 90% startup Indonesia telah mengadopsi komputasi awan pada 2021 lalu. Sementara itu 70% unicorn Indonesia menggunakan Cloud Computing. Terdapat 2.219 perusahaan startup di Indonesia, dan menurut CB Insights tujuh di antaranya telah berstatus sebagai perusahaan unicorn (Gojek, Tokopedia, Bukalapak, J&T Express, Traveloka, OVO, dan OnlinePajak).

Dari segi ukuran perusahaan startup mungkin sama dengan usaha kecil dan menengah (UKM) pada umumnya, startup memiliki beberapa ciri khas yang membedakannya dengan UKM tradisional. Startup biasanya dikembangkan dengan fokus ke teknologi dan inovasi, dan dengan tujuan untuk berkembang dengan cepat dalam waktu singkat.

Baca Juga: Memahami Kendala Memindahkan dan Mengelola Data Lama ke Layanan Cloud

Seperti juga UKM tradisional, perusahaan startup biasanya dimulai dengan modal dan jumlah karyawan yang relatif sedikit. Namun, biasanya startup lebih berani mengambil risiko dan tidak segan-segan untuk mengalihkan fokus bisnis (pivoting) tergantung perubahan situasi.

Meskipun memiliki perbedaan sifat dengan startup, patut juga kita catat bahwa UKM pada umumnya juga cukup antusias mengadopsi Cloud Computing. PwC pada 2021 menyebutkan bahwa 89% bisnis kecil dan menengah telah menggunakan layanan Cloud.

Ini bahkan lebih tinggi dibandingkan tingkat adopsi di perusahaan besar, yang baru mencapai 80%. Adopsi ini mencakup baik IaaS (Infrastructure as a Service), PaaS (Platform as Service) maupun SaaS (Software as a service).

Sebuah kertas kerja (working paper) dari Asian Development Bank (ADB) meninjau berbagai kasus di Asia Pasifik (termasuk Indonesia), dan membahas bagaimana teknologi Cloud ternyata menjadi kunci keberhasilan mereka.

Kertas kerja yang berjudul Cloud Computing as a Key Enabler for Tech Start-Ups Across Asia and the Pacific itu menyebutkan bahwa  infrastruktur Cloud lebih hemat biaya, pembayaran lebih fleksibel dengan model pay as you go, mengurangi risiko kewirausahaan, bersifat scalable, gesit dan efisien. Selain itu Cloud juga membantu perusahaan startup menghadapi situasi yang tidak terduga, serta memudahkan terciptanya produk-produk berteknologi canggih.

Infrastruktur Cloud Lebih Hemat Biaya

Karena startup pada umumnya sangat memperhitungkan biaya, mereka enggan mengeluarkan modal untuk investasi awal infrastruktur IT on-premise seperti pada perusahaan tradisional. Selain biaya pengadaan, solusi on-premise juga membutuhkan biaya pemeliharaan yang mungkin cukup mahal.

Baca Juga: Keuntungan Memakai Cloud Dibandingkan Penyimpanan Konvensional

Dengan memanfaatkan infrastruktur Cloud, perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya awal yang cukup besar untuk bisnisnya dan tidak perlu melakukan pemeliharaan. Perusahaan cukup membayar biaya berlangganan untuk dapat memanfaatkan infrastruktur IT dari layanan Cloud.

Pay as You Go dan Pay as You Grow

Kelebihan lain dari Cloud Computing adalah model langganan yang dapat menyesuaikan pemakaian (pay as you go). Dengan model seperti ini, perusahaan startup bisa langsung memulai bisnis cukup dengan modal awal yang kecil.

Perusahaan cukup membayar kapasitas yang benar-benar mereka gunakan. Efisiensi biaya seperti ini memudahkan perusahaan startup, karena tidak perlu mengeluarkan biaya lebih ketika bisnis perusahaan belum cukup berkembang. Biaya penggunaan layanan Cloud bisa menyesuaikan dengan ukuran dan pertumbuhan bisnis perusahaan.

Mengurangi Risiko Kewirausahaan

Karena Cloud Computing tidak menuntut investasi awal yang tinggi, perusahaan startup akan lebih mudah bereksperimen dengan produk-produk baru. Perusahaan dapat menguji gagasan-gagasan berani dan mungkin berisiko besar bila menggunakan infrastruktur IT tradisional.

Beberapa sifat komputasi awan membuatnya menarik untuk startup: scalability, pay as-you-go sehingga biaya dapat menyesuaikan diri dengan ukuran perusahaan, Investasi awal yang rendah mendorong startup berani bereksperimen, ketersediaan sumber daya komputasi memungkinkan inovasi.

Lebih Scalable, Gesit, Efisien

Penggunaan layanan Cloud, baik IaaS, PaaS, ataupun SaaS memungkinkan startup membangun pondasi untuk mengembangkan produk mereka. Karena sangat mudah untuk meningkatkan kapasitas layanan Cloud dalam waktu singkat, startup dapat lebih gesit dan tanggap dalam memenuhi tuntutan pelanggan dan pasar dengan cepat. Peningkatan kapasitas ini juga efisien, karena perusahaan hanya membayar sumber daya komputasi yang terpakai dengan model pay as you go.

Lebih Tahan Terhadap Perubahan Lingkungan Bisnis yang Tidak Terduga

Layanan Cloud memudahkan bisnis untuk membuat rencana kelanjutan bisnis (business continuity), untuk menghadapi situasi yang tidak diinginkan seperti bencana alam. Perusahaan bisa memanfaatkan sistem backup berbasis Cloud untuk melindungi data bila terjadi bencana yang tidak terduga.

Layanan Cloud telah membantu startup di Malaysia dan India untuk menambahkan fitur dan produk baru, pada situasi Pandemi. StoreHub di Malaysia membangun kemampuan pengantaran ke rumah untuk produk manajemen makanan dan minumannya hanya dalam waktu 48 jam.

Sementara itu, startup India inVOID, menyediakan layanan kemampuan pengenalan pelanggan (Know Your Customer atau KYC) digital. Tuntutan terhadap kemampuan KYC dari jarak jauh ini meningkat karena pandemi, dan inVOID dapat menangani lonjakan ini tanpa masalah berkat penggunaan layanan Cloud.

Memungkinkan Produk-produk Baru yang Berteknologi Canggih

Berbagai teknologi terkini, seperti AI (artificial intelligence, atau kecerdasan buatan), machine learning, dan analitika data saat ini dapat dikembangkan dengan biaya terjangkau berkat ketersediaan layanan Cloud. Perusahaan startup dapat mengakses daya komputasi terbaik tanpa harus membeli dan membangunnya sendiri.

Saat ini sudah banyak pula yang mengemas teknologi tinggi ini sebagai layanan tersendiri (as a Service), misalnya dalam kasus AI as a Service. Dalam hal ini, perusahaan startup dapat mengintegrasikan teknologi canggih tersebut ke dalam produknya dengan mudah, tanpa harus membangun kapabilitas sendiri.

Baca Juga: Peran Public Cloud di Era Kerja Hibrida

Startup Indonesia, Kata.ai merupakan salah satu perusahaan yang memanfaatkan infrastruktur Cloud untuk mengembangkan produk AI, yaitu platform pengolahan bahasa alami (natural language processing/NLP) khusus untuk bahasa-bahasa di Indonesia. Produk Kata.ai digunakan oleh asisten virtual yang berfungsi melayani masalah pelanggan di berbagai sektor industri. .

Lintasarta menyediakan solusi lengkap layanan Cloud yang dapat menjadi pondasi produk-produk terbaik dari perusahaan startup Indonesia. Dengan layanan Cloudeka dari Lintasarta, perusahaan startup dapat mengembangkan dan meluncurkan produk barunya dengan cepat dan bereksperimen dengan berbagai ide-ide terobosan dengan risiko rendah. Untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana Lintasarta Cloudeka dapat membantu startup, silakan hubungi kami.

Lintasarta
|

Cloud Computing, Pondasi Startup di Indonesia

Menurut data yang ada saat ini, mayoritas startup yang ada di Indonesia sudah menggunakan Cloud Computing dalam bisnisnya. Hal itu dilandasi beberapa kemudahan yang mereka dapatkan lewat teknologi tersebut. Selain itu infrastruktur dan ketersediaan sumber daya komputasi sudah cukup mendukung untuk melakukan inovasi. Ditambah lagi nilai investasi yang rendah di awal membuat perusahaan startup berani menggunakan teknologi tersebut.

Berita Lainnya

Layanan ‘one stop solution’ untuk perkembangan bisnis Anda!