Dengan semakin jamaknya adopsi pemerintahan elektronik (e-government), sebagian pelayanan pemerintahan sudah dapat dilakukan secara daring (online).
Akan tetapi, masih banyak pelayanan warga yang harus dilakukan secara tatap muka. Bila ternyata banyak warga yang membutuhkan layanan tersebut, bisa terjadi antre yang panjang dan lama.
Situasi pandemi saat ini makin memperburuk keadaan. Idealnya, warga yang menunggu di ruang antre dibatasi agar dapat menjaga jarak fisik (social distancing). Namun pada praktiknya, ketentuan menjaga jarak fisik ini sangat mungkin dilanggar bila terlalu banyak orang yang harus menunggu.
Baca Juga: Digital Queuing System: Solusi ICT pendukung physical distancing di era New Normal
Karena antre panjang ini, warga bisa menunggu cukup lama untuk dilayani di kantor pemerintahan. Padahal sebenarnya pelayanannya sendiri mungkin tidak perlu waktu lama. Menghabiskan waktu yang tidak perlu ini bisa membuat frustrasi karena warga sendiri juga punya kesibukan sehari-hari yang tak kalah penting.
Antrean yang terlalu panjang dan tanpa kepastian dapat membuka peluang pungutan liar (pungli) dari oknum-oknum tertentu. Warga yang ingin cepat dilayani kerap kali mengambil solusi ini, karena mereka menganggap waktu sangat berharga.
Membayar (meskipun ilegal) tidak masalah asalkan dapat memotong antrean. Namun, munculnya pungli tidak hanya menurunkan kualitas layanan publik tetapi juga menurunkan kepercayaan terhadap lembaga pemerintahan secara umum.
Antrean Digital
Salah satu solusi yang bisa membantu masalah antrean ini adalah sistem antrean digital (digital queueing system). Dengan sistem antre ini, warga bisa mengambil nomor urut dari mesin ketika baru masuk dan kemudian menunggu di bangku yang sudah disediakan. Warga tidak lagi harus berbaris menunggu di depan loket, seperti antre biasa.
Sistem antre digital seperti ini memang cukup membantu dan cukup nyaman, namun masih punya kekurangan. Warga tetap harus datang terlebih dahulu ke kantor pemerintahan untuk mengambil nomor antre dan mungkin harus tetap menunggu untuk mendapatkan pelayanan.
Sistem antre digital yang lebih lanjut memungkinkan warga melakukan reservasi terlebih dahulu tanpa harus hadir secara fisik di kantor lembaga pemerintahan. Reservasi bisa dilakukan lewat aplikasi ponsel.
Baca Juga: 3 teknologi penunjang industri pendidikan saat New Normal
Warga bahkan dapat menjadwalkan pertemuan tatap muka sesuai kebutuhan. Dengan demikian, warga tidak lagi harus antre, dan bisa menghabiskan waktunya untuk keperluan yang lebih produktif.
Lintasarta Mobile Qsys
Lintasarta Mobile Qsys adalah solusi antrean yang komprehensif yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah antre layanan publik. Warga yang butuh pelayanan dapat mengambil antre lewat aplikasi ponsel (secara daring) untuk reservasi lebih cepat.
Sebaliknya bila warga tersebut enggan memasang aplikasi, dia tetap bisa mengambil nomor antre di tempat. Hal itu karena Lintasarta Mobile Qsys terintegrasi dengan sistem antre luring (offline).
Solusi Lintasarta Mobile Qsys juga menawarkan fitur lain untuk melengkapi ruang tunggu, seperti tampilan nomor antre dan video informatif lainnya. Seperti misalnya tentang layanan publik yang disediakan di kantor tersebut.
Baca Juga: Solusi ICT untuk pemerintah menghadapi New Normal
Aplikasi Lintasarta Mobile Qsys sendiri memiliki beberapa kelebihan yang akan membuatnya lebih menarik untuk warga. Kantor pemerintahan bisa menawarkan reservasi jadwal (booking) bila dimungkinkan.
Dengan demikian, warga dapat langsung datang pada jam yang sudah disediakan tanpa perlu antre. Bila kantor pemerintahan menawarkan fitur booking, pengantre bisa diberi tahu lewat SMS (SMS notification).
Aplikasi ini juga bisa melakukan check-in secara otomatis ketika pengantre sudah berada dalam radius 100 meter dari lokasi kantor. Sebagai alternatif, pengantre juga bisa tidak perlu mencetak nomor antrean dan cukup menunjukkan tampilan aplikasi ponsel.
Lintasarta Mobile Qsys dapat meningkatkan kualitas layanan publik, dan membantu memberantas pungli. Untuk mengetahui lebih lanjut, silakan hubungi kami.