Tekanan kompetisi bisnis dan ekspektasi yang semakin tinggi dari pelanggan pada akhirnya akan meningkatkan tuntutan terhadap tim pengembang perangkat lunak. Hal tersebut mau tidak mau membuat para pengembang harus lebih lincah lagi dalam merilis fitur baru produk yang sudah ada, serta menciptakan produk baru untuk memenuhi tuntutan bisnis. Tuntutan agar tidak ketinggalan dengan keinginan pelanggan dan kemajuan teknologi semakin tinggi bagi perusahaan yang bergerak dalam sektor yang memiliki persaingan sengit seperti seperti ritel dan keuangan. Hanya perusahaan yang mampu memberikan laba, produktivitas, dan kepuasan pelanggan yang bisa bertahan hidup.
Baca juga: Public atau Private Cloud: Mana yang tepat untuk bisnis Anda?
Di sisi lain keinginan untuk merilis fitur dan produk terkini bisa jadi terhalangi oleh tuntutan lain, yaitu memastikan produk tetap stabil dan aman. Tuntutan akan kestabilan dan keamanan ini bisa membuat perusahaan cenderung konservatif dalam merilis produk baru. Lantas, bagaimana “mendamaikan” dua tuntutan yang seolah-olah bertentangan ini
Menembus dinding tradisional
Secara tradisional ada “dinding” antara pengembang (developer atau dev) dan operasional (ops). Selain tujuan yang berbeda, kesenjangan antara pengembang dan operasional juga diperparah oleh masalah teknis, seperti lingkungan pengembangan aplikasi dan perangkat lunak yang berbeda dengan lingkungan deployment. Tiadanya alat-alat standar untuk pengembangan, pengujian, dan produksi juga tidak membantu. Oleh karena itu, solusi terbaiknya adalah penerapan proses DevOps. Menurut Gartner, DevOps merepresentasikan “perubahan dalam budaya sektor teknologi informasi (TI), dengan memfokuskan kepada penyediaan layanan TI melalui adopsi praktik yang ramping dan lincah dalam konteks pendekatan berorientasi sistem.” DevOps menekankan orang-orang dan budaya, dan bertujuan untuk meningkatkan kolaborasi antara tim pengembangan dan operasi. Implementasi DevOps mendayagunakan teknologi, terutama alat-alat otomasi. Secara singkat, proses DevOps bisa dilihat sebagai suatu siklus yang terdiri dari enam tahap: perencanaan kontinu (continuous planning), pengembangan kolaboratif (collaborative planning), pengujian kontinu (continuous testing), rilis dan pengerahan kontinu (continuous release and deployment), pemantauan kontinu (continuous monitoring), serta umpan balik kolaboratif dari pelanggan serta optimisasinya. Keluaran dari tahap terakhir (umpan balik) ini menjadi masukan untuk tahap perencanaan berikutnya. Dalam implementasinya, perusahaan mungkin menyatukan para pengembang dan operasi dalam satu tim. Alternatifnya, perusahaan tetap memisahkannya tetapi menjebol dinding dan perbedaan kultur yang mungkin sebelumnya membuat kedua tim tersebut berbenturan.
Meningkatkan Pengalaman Pelanggan
Bila dieksekusi dengan baik, DevOps bisa meningkatkan pengalaman pelanggan (customer experience), dan pada gilirannya meningkatkan kesetiaan pelanggan. Selain itu, DevOps juga meningkatkan kapasitas untuk berinovasi.
Baca juga: Bagaimana Anda Dapat Mempersingkat Birokrasi Kantor Publik dengan Teknologi Berbasis Cloud
Dalam laporan Accelerated State of DevOps edisi 2019, DORA (DevOps Research and Assessment) mencatat, organisasi elit memiliki tim pengembang yang mampu mencapai frekuensi deployment sangat tinggi, bahkan bisa dibilang on-demand (beberapa kali dalam sehari). Sebaliknya bila terjadi gangguan atau outage yang tidak direncanakan, layanan bisa dipulihkan dalam waktu kurang dari satu jam. Secara global, proses DevOps telah diterapkan oleh berbagai perusahaan internasional secara menyeluruh. Berbagai statistik menunjukkan tren meningkat untuk pengoperasian DevOps. Forrester, misalnya, yang mencatat lebih dari 50 persen organisasi telah merangkul DevOps untuk mentransformasi bisnis mereka pada 2017, dan menyatakan bahwa pada 2018 lalu sebagai “tahun DevOps”. Sementara itu, dari sudut pandang praktisi, pada tahun 2018 survei dari GitLab menunjukkan bahwa 81 persen dari manajer percaya, DevOps menghemat proses pengembangan perangkat lunak, meskipun hanya 65 persen saja dari pemrogram yang mempercayai hal ini.
Berpadu dengan cloud computing
Meskipun banyak pihak yang menekankan aspek pembangunan budaya kerja dari DevOps, pemilihan alat-alat otomasi yang tepat juga tidak kalah pentingnya. Dalam hal ini, memadukan DevOps dengan cloud computing (komputasi awan) dapat menghasilkan kinerja yang optimal. Sifat terpusat layanan cloud computing pada gilirannya memungkinkannya sebagai landasan tersentralisasi dari alat-alat otomatisasi yang dibutuhkan oleh proses DevOps. DevOps dipelopori oleh perusahaan yang lahir di internet. Karena itu buat bisnis yang menggelar produknya sebagai aplikasi web, DevOps mungkin akan terasa sebagai proses alamiah. Namun dewasa ini, DevOps juga sudah diterapkan pada pengembangan berbagai produk perangkat lunak lainnya, baik di perangkat lunak enterprise, aplikasi ponsel, atau Internet of Things (IoT). Pada kenyataannya pengembangan semua jenis aplikasi tersebut saat ini sudah bisa dilakukan dengan menggandeng komputasi awan (cloud computing). Peralatan otomatisasi untuk DevOps bisa didasarkan pada IaaS (InfraStructure as a Service) atau PaaS (Platform as a Service). IaaS diartikan sebagai layanan yang menyediakan infrastruktur seperti jaringan, server, sistem operasi lewat internet, biasanya sebagai sumber daya virtual. Sebaliknya, pada PaaS pengguna tidak perlu mengelola semua infrastruktur tersebut, tetapi mengendalikan aplikasi yang di-deploy dan setelan konfigurasi lingkungan yang menampung aplikasi tersebut.
Baca juga: Kapan Terakhir Anda Melakukan Backup?
Pada umumnya, PaaS lebih memudahkan tim DevOps untuk menyediakan lingkungan yang terstandarkan dan seragam untuk melakukan pengembangan dan produksi. Tim DevOps bisa memfokuskan diri untuk mengembangkan, menguji, dan mengerahkan aplikasi tanpa harus memastikan tiap-tiap lingkungan di tiap tahap konsisten satu sama lain. Lebih jauh lagi, pendekatan berbasis teknologi kontainer (seperti OpenShift, yang disediakan oleh Lintasarta), membuat pengembangan dan penyediaan aplikasi menjadi jauh lebih mudah. Pada akhirnya, penerapan DevOps dan Cloud Computing pun secara tepat bisa membantu transformasi perusahaan Anda agar lebih mampu bersaing tidak hanya di tingkat nasional tetapi juga global. Jika Anda ingin mengetahui dan mengaplikasikan layanan cloud service Lintasarta bisa hubungi kami di sini.