Batasan yang dilakukan berbagai negara untuk memutus mata rantai virus Covid-19 telah memberikan dampak signifikan bagi industri pariwisata. Jelang penghujung tahun 2020, masih belum diketahui kapan pandemi akan berakhir. Satu hal yang pasti, pandemi mendorong perubahan berbagai industri dalam beroperasi hingga perilaku orang-orang dalam menjalankan aktivitas. Demikian pula dengan industri pariwisata, mulai dari cara memesan tiket, mencari tujuan, pemilihan tempat duduk di pesawat, serta risiko finansial dan keselamatan akan berubah dan cukup menyelamatkan industri pariwisata dari krisis saat ini. Berikut bagaimana industri pariwisata berubah di tahun 2021.
Asuransi perjalanan akan meningkat
Bagi banyak wisatawan, mengandalkan kartu kredit premium dengan perlindungan perjalanan, biasanya sudah lebih dari cukup untuk bertahan dari risiko terburuk. Namun setelah pandemi, semakin jelas bahwa epidemi dan pandemi tidak tercakup dalam sebagian besar jenis polis asurasi perjalanan. Bahkan kebijakan independen tidak banyak membantu wisatawan yang membatalkan rencana perjalanan, terutama sebelum maskapai penerbangan atau hotel mulai mengubah kebijakan pembatalan dan pemesanan ulang untuk mengakomodasi wisatawan yang terdampak virus. Menurut InsureMyTrip, jumlah polis asuransi perjalanan meningkat hingga 200% sejak Januari. Ini merupakan peningkatan tertinggi perusahaan dalam 20 tahun terakhir. Hal ini turut menunjukkan bagaimana wisatawan yang sudah memikirikan kembali bagaimana mereka melindungi investasi perjalanan mereka. Para ahli juga mengatakan pandemi di masa depan kemungkinan besar akan ditanggung oleh asuransi perjalanan.
Baca juga: Bagaimana bisnis perhotelan bertahan di era New Normal?
Kebersihan dan sanitasi menjadi prioritas utama
Industri pariwisata berada di bawah pengawasan yang ketat di tengah pandemi. Banyak dari perusahaan tersebut sudah beradaptasi sehingga dapat membuktikan kepada tamu atau wisatawan bahwa layanannya aman dengan menerapkan protokol kesehatan (prokes). Hotel, misalnya, telah berupaya menunjukkan kepada pengunjung bahwa mereka menerapkan protokol kesehatan termasuk physical distancing. Sejumlah jaringan hotel ternama sudah menerapkan pembersihan dan sanitasi yang menjabarkan langkah-langkah spesifik yang harus diambil setiap hotel untuk menjaga keamanan tamu dan karyawan. Kini pengunjung akan melihat tisu disinfektan atau hand sanitizer di ruang publik, di luar lift bank, staf yang mengenakan alat perlindungan diri (APD), lebih banyak kunci digital hingga mobile check in maupun check out dan lainnya. Maskapai penerbangan juga membuat perubahan signifikan untuk mempromosikan kebersihan dan keselamatan, di mana semua maskapai menerapkan prokes untuk meminimalisir penyebaran virus. Bahkan kini diperlukan pula rapid test sebagai salah satu syarat sebelum melakukan perjalanan. Para ahli mulai dari analis industri pariwisata hingga pakar epidemiologi tampaknya beranggapan bahwa Covid-19 dapat mengantarkan serangkaian perubahan permanen pada cara bagaimana orang-orang bepergian.
Baca juga: Bagaimana Augmented Reality dan Virtual Reality membantu transformasi industri pariwisata?
Wisatawan akan butuhkan lebih banyak ruang
Physical distancing menjadi hal yang perlu dikedepankan oleh banyak pihak saat ini. Oleh karena itu, pembatasan jarak mulai diberlakukan seperti di maskapai penerbangan dan lainnya. Ke depannya, mulai dari check-in, keamanan hingga boarding mungkin akan melewati jalur yang dilengkapi teknologi pengenal wajah agar antrean dapat diurai. Hal ini juga berlaku untuk taman hiburan, di mana beberapa di antaranya menggunakan antrean virtual untuk meminimalisir jalur fisik.
Virtual tour
Sebelum melakukan perjalanan, setiap orang biasanya melakukan penelusuran terkait ulasan tempat yang dituju. Hal ini dilakukan agar mendapat gambaran awal bagaimana situasi dan kondisi lokasi sebelum berkunjung. Tour virtual akan menjadi solusi terbaik di tengah pandemi. Menggunakan teknologi virtual reality (VR), calon pengunjung dapat melihat hotel atau tempat wisata seperti museum secara virtual dengan visual yang tampak serupa seperti aslinya. Tour virtual juga menawarkan pengalaman yang interaktif serta imersif. Teknologi ini akan mengubah cara wisatawan sebelum menentukan pilihan, atau bahkan menikmati tour secara virtual sebagai sarana hiburan di tengan pandemi.
Baca juga: Smart Tourism: Aplikasi untuk Pemda Mengelola Tempat Wisata di Indonesia
Teknologi virtual reality (VR) dan augmented reality (AR) dikembangkan Lintasarta dalam aplikasi SKOTA Wisata by Lintasarta yang merupakan platform yang ditujukan untuk memasarkan pariwisata daerah ke pasar yang lebih luas. Dengan dukungan teknologi mutakhir lainnya, SKOTA Wisata by Lintasarta dapat membantu pemerintah daerah mendapatkan akses data kepariwisataan, sebagai acuan perumusan strategi pengembangan daerah di masa depan, khususnya di tengah pandemi di mana perubahan industri terjadi. Hubungi kami untuk mendapatkan informasi lebih lanjut terkait SKOTA Wisata by Lintasarta.