Hampir bisa dipastikan setiap perusahaan memiliki rangkaian proses utama (core processes). Pada era industri 4.0 saat ini, rangkaian proses utama tersebut tak terlepas dari dukungan beragam teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Tujuannya agar tercipta mekanisme kerja efektif, efisien, dan berkelanjutan (sustain).
Baca juga: Tahap Disaster Recovery Plans untuk Bisnis Data Center di Indonesia?
Keberlanjutan rangkaian proses utama perusahaan sangat vital. Kinerja rangkaian proses utama harus selalu terjaga. Jika rangkaian proses utama terhenti meski sesaat, kegiatan perusahaan dalam menciptakan produk dan/atau jasa bisa terganggu. Di sinilah pentingnya Disaster Recovery (DR). Secara sederhana, Disaster Recovery didefinisikan sebagai kemampuan organisasi untuk memulihkan hal-hal penting secara efektif setelah terjadi kegagalan atau kendala. Hal-hal penting tersebut mencakup antara lain data, aplikasi, layanan hingga jaringan.
Beragam metode
Penerapan Disaster Recovery dalam perusahaan bisa memanfaatkan beragam teknologi atau metode, yang satu di antaranya dengan teknologi cloud. Disaster Recovery dengan menggunakan teknologi cloud sering juga disebut Disaster Recovery as a Service (DRaaS) atau Cloud Disaster Recovery. Berikut ini adalah sejumlah cara dan metode dalam pengujian DRaaS atau Cloud Disaster Recovery pada perusahaan:
- Diskusikan kegiatan testing Disaster Recovery plan dengan semua anggota dalam tim penguji agar setiap anggota tim mengetahui peran dan tanggung jawab mereka selama pengujian.
- Pastikan Anda memilih teknologi yang memfasilitasi semua elemen pengujian. Sistem pemulihan bencana mutakhir, misalnya, sering mengambil image-based backup dan mereplikasinya dari server ke cloud. Ketika ada pemadaman server utama, kegiatan operasional dapat dipulihkan langsung dari Server Virtual Cadangan. Pendekatan yang disebut ‘pemulihan instan’ ini secara mendasar telah mengubah cara pengujian DR karena memungkinkan pengguna untuk dengan mudah menjalankan mesin virtual secara lokal atau di cloud.
- Tentukan apa saja yang dilibatkan dalam testing. Buatlah database apa saja yang akan dilibatkan dalam pengujian dan sumber daya yang akan diperlukan, seperti sistem virtualisasi, database, dan network service.
- Tentukanlah berapa lama durasi yang diinginkan untuk melakukan failover dan failback karena failover dan failback bukan pilihan, melainkan harus dilakukan keduanya. Anda bisa melakukan pemindahan (failover), contohnya, dari sistem produksi ke Environment Disaster Recovery, pengembalian (failback) dari Environment Disaster Recovery ke sistem produksi reguler dan sebagainya.
Baca juga: Apa Itu Disaster Recovery as a Service
- Pastikan apakah penyedia layanan DRaaS memberikan script uji sebelum Anda menyiapkan script uji sendiri. Berfungsi sebagai prosedur dalam keadaan darurat yang sebenarnya, nantinya script tersebut akan divalidasi dalam pengujian.
- Tentukanlah level of support dari penyedia layanan DRaaS, misalnya monitoring on-site vs remote monitoring melalui pemantauan jarak jauh. Hal ini juga termasuk technical support yang Anda butuhkan.
- Jadwalkan uji coba dengan penyedia layanan terkait. Tes Disaster Recovery direkomendasikan dilakukan satu hingga dua kali dalam setahun. Anda bisa mengundang sebanyak mungkin peserta dalam uji coba tersebut, termasuk penyedia layanan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui masalah yang mungkin akan timbul, seperti script atau URL yang salah. Masalah-masalah tersebut dapat mempengaruhi keberhasilan pengujian Disaster Recovery Anda.
- Informasikan testing Disaster Recovery plan yang akan dilakukan kepada departemen, divisi, atau unit kerja lain di perusahaan Anda, termasuk apa yang akan diuji dan hasil yang diharapkan.
- Pastikan pengujian dilakukan di environment yang tidak akan memengaruhi sistem produksi yang sedang berlangsung, contohnya di dalam environment penelitian dan pengembangan.
- Jadwalkan waktu untuk rehat. Waktu rehat berfungsi untuk memeriksa bagaimana perkembangan pengujian Disaster Recovery Anda. Bersiaplah untuk menghentikan tes jika kegiatan berjalan tidak sesuai rencana. Tapi ingat, Anda tidak akan memiliki opsi rehat jika dalam keadaan darurat yang sebenarnya.
- Tentukan personel untuk mencatat dan menyimpan rekaman catatan saat testing. Pada dokumen hasil tes, sisipkan space untuk menambahkan catatan dan merekam waktu secara spesifik ketika kegiatan test selesai.
- Lakukan cek ulang setelah pengujian selesai dan hasil telah didokumentasikan.
- Bagikan hasil tes ke manajemen atau pemangku kepentingan (stakeholder) lainnya.
- Review hasil testing Disaster Recovery plan bersama penyedia layanan DRaaS Anda. Analisa apa yang belum berhasil untuk segera dilakukan perbaikan.
Tes DR secara berkelanjutan
Bencana alam, kebakaran, serangan virus, downtime hingga human error: Semua ini adalah ancaman yang sangat nyata. Perusahaan yang dapat memulihkan gangguan atau kendala pada kegiatan operasionalnya dalam jangka waktu singkat akan memiliki keunggulan kompetitif.
Baca juga: Tips Mencegah Kerugian Akibat Downtime pada Data Center
Tidak ada rencana dan tidak ada sistem yang gagal. Untuk mengantisipasinya, Anda bisa melakukan tes DR yang direkomendasikan dilakukan dua kali dalam satu tahun. Dengan melakukan tes DR secara berkelanjutan perusahaan Anda berada pada posisi terbaik untuk mengatasi semua kemungkinan. Untuk solusi persoalan ini, Anda bisa menggunakan layanan Cloud Disaster Recovery milik Lintasarta. Lebih lengkapnya tentang produk tersebut, Anda bisa menghubungi kami di sini.