|
Lintasarta

Geliat Branchless Banking Membidik Segmen Mikro

Layanan perbankan tanpa kantor (branchless banking) merupakan salah satu inisiatif yang dapat diadopsi bagi lembaga perbankan untuk menjangkau lebih banyak nasabah. Terlebih, berdasar beberapa hasil survey, lembaga perbankan masih punya banyak ruang untuk merangkul lebih banyak lagi nasabah baru.   Survei Financial Inclusion Insight (FII) tahun 2018, misalnya, yang mengungkapkan, 55,7% orang dewasa di Indonesia telah memiliki akun di layanan keuangan, namun hanya sekitar 38,4% yang memiliki rekening di lembaga perbankan. Padahal, 57,5% responden mengaku sudah pernah menggunakan layanan perbankan, dan 70% pernah menggunakan layanan keuangan formal.   Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun telah mendorong jenis layanan ini, dengan sebutan Laku Pandai (layanan keuangan tanpa kantor dalam rangka keuangan inklusif). Program tersebut menyediakan layanan keuangan dan perbankan melalui pihak lain.

Potensi branchless banking dari segmen mikro

Survei FII menyebutkan, pada 2018 agen bank merupakan salah satu kanal utama pelayanan bank selain kantor cabang. Potensi pendapatan melalui layanan perbankan lewat agen ini tidak dapat diabaikan, terutama untuk segmen mikro.   Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan peningkatan pelayanan yang pesat dari berkat perkenalan Laku Pandai kepada masyarakat. Pembukaan rekening biasa (basic saving accounts) meningkat menjadi 25 juta rekening pada September 2019, meningkat 17% year-on-year dibandingkan September 2018 yang hanya mencapai 22 juta rekening. Jumlah tabungan pun meningkat menjadi total Rp 2,2 triliun, dari  Rp 1,49 triliun pada bulan September tahun sebelumnya.   Salah satu bank di Indonesia menyebutkan pertumbuhan dana yang dihimpun lewat branchless banking ini mencapai 78% year-on-year, pada bulan September 2020. Total dana yang diraup dari operasional agen bank tersebut mencapai Rp 11 triliun. Sementara itu, jumlah dana pinjaman mikro disalurkan ke 73 ribu rekening, dengan total kucuran kredit sebanyak Rp 1,8 triliun. Ini melebihi catatan OJK pada tahun 2019, yang mana memaparkan bahwa total kredit mikro lewat Laku Pandai (tidak hanya di satu bank) hanya mencapai Rp 49,07 miliar.   Selain untuk menyimpan dan meminjam uang, nasabah juga melakukan aktivitas perbankan lain. Seperti dilaporkan OJK, tiga kegiatan terbesar yang dilakukan nasabah adalah transfer antarbank, penarikan tunai, dan pemindahbukuan.

Baca juga: Bagaimana Manajemen Data Kartu Kredit Co-Brand?

Memperluas cakupan wilayah operasional 

Branchless banking merupakan cara yang mudah dan murah bagi bank untuk memperluas operasinya, dan menjangkau nasabah yang sebelumnya sulit memanfaatkan layanan perbankan. Umumnya bank enggan membuka kantor cabang di wilayah tertentu, seperti wilayah terpencil dan di dekat perbatasan, baik karena alasan ekonomi, maupun karena minimnya infrastruktur penunjang.   Keberadaan agen bank saat ini sudah terbukti membantu bank mendekati para nasabahnya. Sebuah penelitian dari LPEM UI tahun 2017 menemukan bahwa jarak antara kebanyakan responden survei lebih dekat ke agen bank dibandingkan kantor cabang atau ATM. Laporan Dewan Strategi Keuangan Nasional Inklusif (SNKI) tahun 2018 pun menyebutkan, kesadaran terhadap agen perbankan semakin meningkat. Pada tahun tersebut, sebagian besar orang sudah mengetahui lokasi agen perbankan terdekat. Angka ini lebih tinggi di lingkungan pedesaan (66%), dibandingkan perkotaan (55%).

Baca juga: Menilik inovasi sistem pembayaran digital di dunia teknologi finansial

Peningkatan efisiensi dan penekanan biaya

Selain berpotensi menjangkau lebih banyak lagi nasabah, salah satu daya tarik branchless banking adalah biaya yang lebih murah dan efisien. Layanan perbankan tanpa kantor ini menghemat biaya tetap, karena tidak perlu berinvestasi untuk infrastruktur seperti bangunan dan tanah. Selain itu, pihak bank juga dapat lebih efisien dalam menjalankan aktivitas operasional, karena tidak perlu menggaji karyawan tambahan, dan hanya membayar biaya bila terjadi aktivitas perbankan.   Nasabah yang sehari-harinya berinteraksi dengan agen bank tidak hanya dapat memanfaatkan layanan seperti tabungan dan pembayaran. OJK sudah mendorong layanan Laku Pandai agar meningkatkan pelayanan kredit. Nasabah yang sudah akrab dengan layanan perbankan resmi juga dapat mengakses lebih banyak aktivitas ekonomi lainnya.   Salah satu tren yang dipercepat oleh pandemi adalah pergeseran ke e-commerce. Nasabah yang sudah tergabung ke sistem perbankan melalui branchless banking akan lebih mudah memanfaatkan kegiatan e-commerce, baik sebagai pembeli atau penjual. Branchless banking memungkinkan nasabah untuk mendapatkan kredit usaha yang bisa digunakan untuk berbisnis secara daring. Sebaliknya, pembeli dapat lebih mudah melakukan pembayaran e-commerce lewat fasilitas pembayaran yang ditawarkan oleh agen bank.   Penyediaan layanan Laku Pandai harus didukung oleh infrastruktur teknologi yang memadai. Lintasarta menawarkan berbagai solusi untuk mendukung bank agar dapat menjalankan branchless banking dengan lebih efisien dengan fitur mulai dari Basic Saving Account, Integrated Electronic Purchasing, hingga Minishop POS. Untuk informasi lebih lanjut, Anda dapat menghubungi kami.

Berita Lainnya

Layanan ‘one stop solution’ untuk perkembangan bisnis Anda!