Tidak ada perusahaan yang tidak gembira bila bisnisnya berkembang pesat. Tetapi di sisi lain, pertumbuhan bisnis ini harus diimbangi oleh dukungan dari infrastruktur komputasi dan jaringan yang memadai, terutama bila perusahaan tersebut mengandalkan teknologi informasi (TI) dalam operasi sehari-harinya. Ekspansi bisnis berarti beban yang lebih banyak buat infrastruktur komputasi dan jaringan yang sudah ada.
Baca juga: Apa yang Harus Anda Perhatikan Mengenai After Sales Service dari Cloud Service Provider?
Untuk mengimbangi beban tambahan ini perusahaan mungkin ingin membeli perangkat baru. Pengadaan perangkat baru biasanya akan lebih mudah dilakukan bila pertumbuhan beban tersebut bisa diperkirakan dengan akurat. Pada kenyataannya, kebutuhan ekstra ini tidak selalu bisa diprediksi dengan tepat. Perusahaan dan organisasi juga perlu memastikan dukungan dari infrastruktur TI tersedia setiap saat. Pada praktiknya ini berarti dukungan dan cadangan buat infrastruktur komputasi yang sudah ada. Backup infrastruktur ini memastikan bahwa operasi bisnis dan organisasi tidak akan terganggu, walaupun terjadi gangguan seperti mati listrik, bencana alam, atau berjangkitnya malware. Hybrid cloud (komputasi awan hibrida) bisa menjadi solusi buat perusahaan dan organisasi yang membutuhkan kapasitas ekstra dan cadangan buat infrastruktur teknologi informasi yang sudah ada.
Kombinasi private dan public cloud
Secara ringkas, kita bisa mendefinisikan hybrid cloud sebagai gabungan antara private cloud dengan public cloud. Secara teoritis terdapat berbagai skenario kombinasi, namun pada praktiknya private cloud biasanya berfungsi sebagai infrastruktur utama (primer), sedangkan public cloud sebagai infrastruktur sekunder atau cadangan yang digunakan bila dibutuhkan saja. Banyak perusahaan sudah mengadopsi teknologi komputasi awan dalam bentuk private cloud. Suatu organisasi memilih private cloud dengan berbagai alasan, mulai dari kinerja, regulasi, atau kendali yang lebih langsung terhadap data sensitif. Kebutuhan ini biasanya lebih baik dipenuhi oleh private cloud dibandingkan public cloud. Di sisi lain, ekspansi prasarana private cloud tidak semudah dan secepat public cloud. Solusi hybrid cloud computing ini memecahkan masalah yang sering dijumpai perusahaan yang perlu kapasitas tambahan dalam waktu cepat. Bila proses pengadaan perangkat baru untuk private cloud bisa memakan waktu sampai dua bulan, ekspansi kapasitas di public cloud hanya perlu waktu paling tidak 24 jam.
Kapan menggunakan hybrid cloud?
Teknologi hybrid cloud cocok digunakan untuk beban kerja yang dinamis. Sebagai contoh, suatu aplikasi mungkin mengalami peningkatan permintaan pada saat-saat tertentu, seperti aplikasi e-commerce serta agen perjalanan di waktu liburan dan hari raya. Contoh lain adalah pemrosesan data dalam ukuran besar. Data tersebut bisa disimpan pada infrastruktur milik perusahaan sendiri, biasanya karena alasan keamanan. Namun ketika sewaktu-waktu melakukan pengolahan, perusahaan mungkin memerlukan kapasitas komputasi yang tidak tercukupi oleh private cloud.
Baca juga: 4 Cara Membuat Public Cloud Lebih Aman dari Serangan Siber
Aplikasi tersebut bisa dijalankan pada private cloud, tetapi bisa memanfaatkan sumber daya komputasi tambahan dari public cloud bila diperlukan. Karena daya komputasi ekstra ini tidak dibutuhkan setiap saat, perusahaan tidak perlu belanja infrastruktur TI tambahan untuk beban yang hanya muncul pada saat-saat tertentu. Tentunya tidak semua pengguna private cloud dapat beralih ke hybrid cloud. Contoh kasus adalah perusahaan yang beroperasi di daerah terpencil, seperti perusahaan pertambangan dan perminyakan yang terhalang oleh mutu konektivitas sambungan internet. Perusahaan seperti ini memproses data secara real-time dari data yang diperoleh dari sensor dan kontroller yang dipasang di alat-alat beratnya, dan membutuhkan latency rendah yang umumnya tidak bisa dijamin oleh hybrid cloud.
Implementasi hybrid cloud
Bagaimana bila perusahaan Anda menimbang-nimbang penggunaan hybrid cloud? Apa saja yang perlu dipersiapkan? Product Manager, Cloud Service Lintasarta, Adityo Prabowo, menyebutkan beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh organisasi yang ingin mengimplementasikan dan mengintegrasikan komputasi awan hibrida ini ke infrastruktur TI Anda. Pertama adalah menentukan aplikasi apa saja yang hendak dipasang di hybrid cloud ini: bagian mana yang tetap dipertahankan di private cloud dan mana yang hendak diperluas ke public cloud. Dalam hal ini, perusahaan mungkin ingin meninjau lagi arsitektur aplikasi tersebut. Aplikasi monolitik, yang menyatukan semua komponen dalam satu aplikasi besar, lebih susah untuk dijalankan pada hybrid cloud. Sebaliknya, aplikasi yang menggunakan arsitektur microservices lebih mudah diadaptasikan. Kedua adalah mempersiapkan alat-alat pemantauan (monitoring tools) baik untuk bagian private ataupun public cloud. Adityo menyebutkan, secara umum pada saat ini belum ada solusi murah dan mudah digunakan yang bisa memantau keduanya sekaligus, dan perusahaan harus memperhatikan hal ini dalam memilih alat pemantauan.
Baca juga: DevOps – Cloud Computing: Pasangan Andal untuk Tingkatkan Daya Kompetisi Bisnis
Ketiga adalah sumber daya manusia yang dapat menangani baik infrastruktur server maupun jaringan sekaligus. Adityo menyebutkan bahwa biasanya perusahaan memisahkan orang-orang yang mengurus infrastruktur komputasi dengan jaringan. Karena membangun hybrid cloud pada dasarnya adalah memadukan infrastruktur yang sudah ada (private cloud) dengan infrastruktur penyedia public cloud, perusahaan bisa menemukan tantangan ketika hendak menggabungkan keduanya. Perusahaan tidak punya kendali langsung terhadap arsitektur public cloud, dan karena itu Anda mungkin harus memastikan agar komponen private cloud tersebut kompatibel dengan public cloud. Sebagai contoh, permasalahan mungkin terjadi bila teknologi virtualisasi yang digunakan tidak kompatibel satu sama lain. Ini bisa terjadi bila instalasi private cloud di perusahaan menggunakan hypervisor yang berbeda dengan yang digunakan oleh penyedia public cloud. Pada umumnya, mesin virtual dari suatu jenis hypervisor tidak dapat berjalan pada hypervisor lain, tanpa diakali (workaround). Lintasarta Cloud Services menyediakan hybrid cloud, bersama-sama dengan berbagai layanan cloud computing lainnya. Bila Anda ingin tahu lebih banyak tentang hybrid cloud dan layanan Lintasarta yang terkait, silakan hubungi kami di sini.