Dalam merencanakan keuangan bisnis, terdapat dua istilah yang kerap muncul, yakni Capital Expenditure (Capex) dan Operational Expenditure (Opex). Terutama di era transformasi digital, banyak penyedia jasa mulai mengangkat perubahan Capex ke Opex. Namun, apa perbedaannya?
Pada dasarnya, Capex dan Opex merepresentasikan dua kategori dasar pengeluaran bisnis. Perbedaan keduanya terletak pada jenis pengeluaran dan perlakuan yang diberikan terkait perpajakan. Berikut penjelasan lebih lengkap mengenai perbedaan Capex dan Opex.
Baca juga: Keuntungan Managed Service Secure SD-WAN untuk Perusahaan Anda
Capital Expenditure
Disebut juga dengan Capex, capital expenditure adalah biaya yang digunakan suatu bisnis untuk membeli barang-barang atau layanan besar yang dapat memperluas kemampuan perusahaan untuk meningkatkan keuntungan. Contoh dari bentuk Capex dapat berupa pembelian komputer, printer, server, kendaraan hingga pembangunan Data Center baru.
Apabila barang atau layanan yang dibeli tersebut digunakan secara aktif selama lebih dari satu tahun, maka Capex akan dicantumkan sebagai aset pada neraca keuangan perusahaan. Seperti yang diberlakukan dalam peraturan pajak, Capex juga akan dikenakan biaya penyusutan untuk menyebar biaya aset selama masa penggunaannya. Idealnya, Capex mengalami penyusutan biaya dalam jangka waktu 5-10 tahun.
Perlu diingat bahwa tidak semua perusahaan mencantumkan Capex dalam penyusunan biaya mereka. Penyertaan Capex biasanya hanya dilakukan oleh perusahaan yang menggunakan modal dalam jumlah besar dan telah memiliki basis pelanggan yang cukup stabil.
Operational Expenses
Sementara itu Operational Expenses atau Opex merujuk pada biaya yang dikeluarkan perusahaan secara berkelanjutan demi menjalankan bisnis mereka. Namun, berbeda dari Capex, Opex memiliki sifat tax-deductible. Artinya, perusahaan tak perlu mencantumkan Opex pada saat penghitungan pajak tahunan.
Di sisi lain, Opex juga kerap menjadi jenis pengeluaran reguler yang paling banyak dikucurkan perusahaan. Banyak pihak manajemen perusahaan yang akhirnya berusaha mencari cara untuk menurunkan Opex tanpa harus mengorbankan kualitas produk atau layanan yang mereka hasilkan.
Baca juga: DevOps – Cloud Computing: Pasangan Andal untuk Tingkatkan Daya Kompetisi Bisnis
Ilustrasi sederhana tentang Capex dan Opex
Agar lebih memahami tentang perbedaan antara Capex dan Opex, coba simak penjelasannya melalui contoh sederhana berikut ini:
Capex : Mesin printer
Opex : Kertas dan tinta printer, tenaga ahli pengelola printer
Capex : Kendaraan operasional perusahaan
Opex : Bahan bakar atau bensin, jasa pengemudi
Capex : Pembangunan Data Center (Server, jaringan, pembangunan gedung, pendingin, aplikasi monitoring, dan banyak lainnya)
Opex : Lisensi software, karyawan IT, pengelolaan energi, dan lainnya
Kondisi di mana Capex berubah menjadi Opex
Pada kondisi tertentu, barang atau aset perusahaan yang idealnya merupakan Capex dapat dikategorikan sebagai Opex, yakni ketika perusahaan memilih untuk menyewa barang atau aset tersebut daripada membelinya. Misalnya, daripada membangun Data Center sendiri, perusahaan dapat menggunakan jasa Data Center Colocation agar menjadi pengeluaran Opex.
Baca juga: Inilah Regulasi Penempatan Data Center di Indonesia
Hal ini dapat menjadi opsi tepat bagi perusahaan yang arus keuangannya cenderung terbatas dan ingin mengurangi jumlah total pengeluaran dalam setahun. Capex dapat menjadi investasi yang cukup besar dan berisiko. Investasi tersebut baiknya dilakukan setelah menimbang banyak hal, terutama nilainya dalam beberapa tahun ke depan. Tak hanya nilainya dalam rupiah, namun juga dari fungsinya.
Jika merupakan investasi teknologi seperti server, pertimbangkan komponen atau teknologi barang yang akan Anda beli seperti “apakah dalam beberapa tahun ke depan, barang tersebut masih relevan bagi perusahaan dan industri Anda?” Jika iya, maka Anda dapat mempertimbangkan hal lainnya. Jika tidak, investasi Opex dapat menjadi alternatif Anda, karena pembelian barang teknologi seperti Cloud dengan model Opex dapat mengamankan Anda dari permasalahan ini. Dengan model pay-as-you-go, Anda dapat dengan mudah menyesuaikan teknologi ketika dibutuhkan.
Baca juga: Tips dan Metode jika Anda Ingin Menguji Disaster Recovery
Baik Capex dan Opex, keduanya berpengaruh terhadap kondisi finansial perusahaan. Capex fokus pada pengeluaran yang berfokus untuk meningkatkan keuntungan perusahaan, sementara Opex merujuk pada pengeluaran operasional demi keberlangsungan bisnis.
Sebagai pengelola biaya IT perusahaan, alangkah baiknya Anda mempertimbangkan hal-hal diatas sebelum melakukan investasi untuk tahun-tahun yang akan datang. Semoga penjelasan di atas dapat membantu Anda memahami Capex dan Opex dengan lebih baik!
Hubungi kami jika ingin menggunakan layanan IT yang andal dan efisien dari segi biaya untuk bisnis Anda.