Kesadaran terhadap dampak lingkungan mendorong berbagai vendor IT untuk menggunakan sumber energi yang lebih ramah lingkungan atau green energy. Untungnya, sumber daya listrik terbarukan saat ini semakin mudah diakses dan harganya lebih murah.
Baca juga: Sistem Cloud Ternyata Punya Respons Terhadap Masalah dengan Cara yang Unik
Tidak hanya listrik dari air atau nuklir, saat ini listrik dari surya dan angin juga semakin terjangkau, diikuti pula oleh perkembangan teknologi baterai. Apa saja sumber energi terbarukan yang mulai populer, dan apa dampaknya terhadap dunia teknologi informasi?
Jenis-jenis Green Energy
Tenaga Surya
Pembangkit listrik tenaga surya umumnya berbentuk sel surya (solar cell) yang didasarkan pada prinsip fotovoltaik. Sel surya mengkonversi energi cahaya menjadi energi listrik, yang kemudian bisa digunakan langsung atau disimpan terlebih dahulu ke dalam baterai. Berkat peningkatan efisiensi dan biaya, pembangkit listrik tenaga surya saat ini mulai menjadi pilihan utama di banyak negara.
Instalasi sel surya dapat ditemukan dalam berbagai ukuran. Ukurannya berkisar mulai dari yang kecil dan ditujukan sebagai sumber listrik untuk satu perangkat saja, sampai instalasi besar yang dirancang untuk memasok daya ke perusahaan listrik.
Karena fleksibilitasnya ini, tenaga surya menjadi banyak pilihan sebagai sumber daya listrik mandiri yang tidak terhubung dengan jala-jala yang lebih besar.
Tenaga Angin
Sumber listrik terbarukan lain yang juga mulai populer adalah tenaga angin. Dibandingkan sumber listrik seperti sel surya, tenaga angin sebenarnya punya banyak kekurangan. Misalnya, instalasi pembangkit listrik tenaga angin membutuhkan ruangan yang lebih luas sehingga tidak cocok untuk instalasi skala kecil.
Di sisi lain, tenaga angin bisa menjadi pelengkap pada saat cahaya matahari tidak muncul (misalnya, di malam hari atau saat musim dingin di negara empat musim). Karena itu pendukung energi terbarukan biasanya mendorong baik penggunaan tenaga angin maupun tenaga surya untuk perusahaan listrik.
Sel Bahan Bakar (Fuel Cell)
Sel bahan bakar mungkin tidak terlalu cocok untuk disebut sebagai sumber energi “hijau”, karena pada dasarnya teknologi ini lebih berfungsi sebagai penyimpan daya dari pembangkit energi lain seperti tenaga surya atau tenaga angin.
Hal ini disebabkan energi yang dibutuhkan untuk pembuatan bahan bakar seperti hidrogen lebih besar dibandingkan energi yang dilepaskan saat pembakaran. Sel bahan bakar juga bisa menyimpan daya yang bersumber dari “energi kotor” seperti batu bara, gas atau diesel.
Sel bahan bakar mengonversi energi kimia menjadi energi listrik saat “pembakaran” (bukan menjadi panas seperti pada motor bakar). Bahan bakar yang umum digunakan adalah hidrogen, yang bila bereaksi dengan oksigen akan menghasilkan energi listrik dan air.
Baca juga: Anomaly Detection dalam SOC, Teman atau Lawan?
Terlepas dari sumber energi awalnya sendiri, penggunaan sel bahan bakar sendiri tidak mengeluarkan emisi karbon. Ini membuatnya dilirik untuk digunakan di kendaraan pribadi atau transportasi massal, karena lebih bersih dibandingkan penggunaan bahan bakar minyak, selain kendaraan yang menggunakan baterai.
Baterai
Baterai merupakan teknologi kunci yang memungkinkan adopsi sumber energi terbarukan. Salah satu masalah yang ditemukan pada sumber energi terbarukan seperti sel surya dan tenaga angin adalah pembangkitan daya yang bervariasi. Energi yang dibangkitkan tergantung kepada keadaan cahaya matahari dan angin pada suatu saat.
Baterai bisa digunakan untuk menstabilkan keluaran daya listrik, dengan menyimpan kelebihan energi, dan melepasnya ketika dibutuhkan. Karena itu teknologi baterai menjadi bagian penting solusi energi terbarukan secara keseluruhan. Saat ini kebanyakan baterai yang digunakan dengan energi terbarukan adalah baterai Li-Ion.
Energi Terbarukan dan IT
Untuk melihat dampak energi terbarukan pada dunia teknologi informasi, kita bisa meninjau dua kasus: energi untuk BTS di jaringan seluler dan pada data center.
BTS (Base Transceiver Station)
Cakupan penyebaran BTS yang memadai merupakan keharusan agar operator telepon seluler bisa lebih baik menjangkau dan melayani pelanggannya. Seperti banyak infrastruktur ICT lainnya, BTS membutuhkan pasokan daya listrik yang stabil dan tetap.
Ini mungkin tidak masalah bila infrastruktur ini berlokasi di daerah yang terjangkau dengan baik oleh jala-jala listrik PLN. Namun operator seluler pun dituntut untuk melayani daerah-daerah yang belum tentu dijangkau oleh perusahaan listrik.
Solusi yang saat ini biasa digunakan adalah pemakaian generator listrik (diesel). Namun sudah banyak usulan untuk penggunaan sumber energi terbarukan pada BTS di tempat terpencil, baik digunakan dengan generator diesel (hybrid) atau berdiri sendiri.
Energi terbarukan yang biasa diusulkan adalah energi surya, meskipun terdapat juga usulan untuk penggunaan sel bahan bakar. Di Indonesia, sel bahan bakar untuk BTS ini sudah diterapkan oleh salah satu operator seluler.
Pusat Data (Data Center) Ramah Lingkungan
Energi terbarukan dapat menjadi salah satu unsur penting dari data center ramah lingkungan (green data center). Konsep green data center mendorong pembangunan pusat data yang berdampak minimal terhadap lingkungan. Selain penggunaan energi terbarukan, data center ramah lingkungan juga mendorong penggunaan energi yang lebih efisien. Pusat data terbarukan ini juga menangani masalah sampah elektronik (e-waste) dengan mendorong daur ulang.
Baca juga: Apakah Penyedia Sistem Keamanan Data Bisa Menjaga Data Tetap Aman?
Data center ramah lingkungan tidak hanya didorong oleh kesadaran terhadap lingkungan, tetapi juga oleh peningkatan konsumsi daya listrik yang semakin meningkat. Efisiensi tentunya merupakan salah satu cara mengatasi masalah ini. Biaya sumber energi terbarukan saat ini sudah sebanding dengan energi fosil, dan diperkirakan akan terus turun. Pemilik data center dapat memanfaatkan tren ini dengan memastikan tersedianya pasokan energi terbarukan untuk Data Center-nya.