|
Lintasarta

Apa Perbedaan No-Code dan Low-Code untuk Pengembangan Aplikasi?

AplikasiLow-codeNo-code

Suatu perusahaan mungkin harus menciptakan dan melakukan pengembangan aplikasi untuk keperluan sendiri. Aplikasi yang ada di pasar mungkin terlalu mahal, atau tidak memenuhi persyaratan yang diperlukan.

Namun pada umumnya, bisnis perusahaan bukanlah pengembang perangkat lunak (software house) atau tidak punya sumber daya yang cukup untuk merekrut pemrogram (programer) hanya untuk menciptakan aplikasi khusus.

Bisa jadi suatu perusahaan memiliki staf programer atau punya latar belakang IT, namun mereka dibebani oleh berbagai tugas lain. Beberapa karyawan mungkin punya kemampuan pemrograman (misalnya, karena mendapat pendidikan di bangku sekolah dan kuliah), namun tugas utamanya bukanlah buat menciptakan aplikasi.

Baca juga: Pentingnya Proses Sertifikasi IT untuk Perusahaan

Kesulitan Pengembangan Aplikasi

Solusi untuk masalah seperti ini adalah platform pengembangan aplikasi Low-Code dan No-Code. Alat pengembangan aplikasi Low-Code atau No-Code memungkinkan programer profesional untuk dapat menciptakan aplikasi dengan cepat, sehingga masih punya waktu untuk mengembangkan lebih banyak aplikasi lain.

Bila tidak ada programer profesional, karyawan lain (misalnya staf IT, analis bisnis, staf pemasaran, dan sebagainya) juga bisa turun tangan untuk menciptakan aplikasi sendiri sesuai kebutuhannya.

Baik No-Code maupun Low-Code memungkinkan pengembang untuk menciptakan aplikasi dengan hanya sedikit kode program. Namun terdapat perbedaan di antara keduanya, meski beberapa analis memandang bahwa perbedaan antara No-Code dan Low-Code sebenarnya cukup tipis dan kabur.

Gartner memproyeksikan bahwa pasar teknologi pengembangan aplikasi Low-Code berkembang sebesar 22% pada 2021 lalu. Salah satu pendorongnya adalah tekanan untuk mengembangkan dan menciptakan aplikasi dengan lebih cepat untuk mendukung transformasi digital.

Karyawan di luar bagian IT atau teknologi juga semakin banyak yang membangun solusi teknologi (41%). Menurut perkiraan Gartner, di akhir 2025 hampir separuh pengguna solusi Low-Code akan berasal dari luar bagian IT.

Platform Low-Code/No-Code juga disebutkan berpotensi untuk memecahkan masalah kelangkaan tenaga kerja IT, dalam hal ini pengembang aplikasi profesional. Dengan peralatan ini, perusahaan dapat mendayagunakan karyawan yang ada, yang hanya punya pengalaman pemrograman minimal, untuk menciptakan aplikasi sesuai kebutuhan bisnis perusahaan.

Baca juga: Seberapa Penting Melakukan Pengelolaan Aset IT?

Low Code

Seperti tersirat dari namanya, penciptaan aplikasi dengan platform Low-Code masih menuntut pengembangnya menulis kode program. Namun, kode yang harus ditulis jauh lebih sedikit dibandingkan pengembangan aplikasi tradisional.

Aplikasi Low-Code dapat diciptakan dengan alat yang mengutamakan antarmuka visual. Programmer masih bisa menyesuaikan aplikasi dengan menambahkan atau memodifikasi kode sesuai keperluan.

Contoh aplikasi yang bisa dikembangkan dengan alat Low-Code adalah aplikasi proses bisnis, aplikasi web dan aplikasi ponsel sederhana. Dengan bantuan alat pengembangan Low-Code, programmer dan staf perusahaan bisa membuat aplikasi yang diperlukan dalam waktu singkat.

Baca juga: Merancang Strategi untuk Memulai Otomasi Layanan IT

No-Code

Seperti juga Low-Code, pengguna alat pengembangan perangkat lunak No-Code dapat menciptakan aplikasi dengan cepat. Pengembangan aplikasi No-Code lebih ditujukan terhadap orang-orang bukan programmer yang ingin menciptakan aplikasi untuk kebutuhan bisnis mereka sendiri. Peralatan No-Code sepenuhnya tergantung pada peralatan visual, dan pengembang tidak perlu menulis kode program sendiri.

Contoh aplikasi yang cocok dibuat menggunakan No-Code antara lain aplikasi bisnis sederhana, pengelola konten (content management), dan aplikasi swapelayanan (self-service). Programer profesional juga mungkin ingin menggunakan alat pengembangan No-Code untuk menciptakan purwarupa (prototype) aplikasi dengan cepat.

Aplikasi yang lebih rumit seperti media sosial dan niaga elektronik juga bisa dikembangkan dengan platform No-Code. Tidak mengherankan bila Forrester memproyeksikan bahwa di akhir 2021 lalu, platform Low-Code/No-Code akan digunakan untuk 75% pengembangan aplikasi (naik 30% dibandingkan pada 2020).

Lintasarta
|

Apa Perbedaan No-Code dan Low-Code untuk Pengembangan Aplikasi?

Suatu perusahaan mungkin harus menciptakan dan melakukan pengembangan aplikasi untuk keperluan sendiri. Aplikasi yang ada di pasar mungkin terlalu mahal, atau tidak memenuhi persyaratan yang diperlukan.

Namun pada umumnya, bisnis perusahaan bukanlah pengembang perangkat lunak (software house) atau tidak punya sumber daya yang cukup untuk merekrut pemrogram (programer) hanya untuk menciptakan aplikasi khusus.

Berita Lainnya

Layanan ‘one stop solution’ untuk perkembangan bisnis Anda!