JAKARTA. Pelaku industri perbankan diminta mengimplementasikan big data analytics sebagai salah satu teknologi di belakang layar yang berfungsi untuk mengamankan data transaksi elektronik pelanggannya.
Harnaka Harto, General Manager Strategic Lintasarta, mengemukakan alasan industri perbankan wajib mengimplementasikan big data analytics tersebut karena pola berbelanja pelanggan perbankan sudah mulai bergeser dari berbelanja secara offline menjadi online dan menggunakan transaksi elektronik sebagai metode pembayarannya.
“Jadi solusi teknologi big data analytics ini dapat digunakan perbankan untuk mendeteksi apakah ada kejanggalan nasabahnya dalam melakukan transaksi elektronik, sehingga nasabah lebih aman berbelanja,” tuturnya kepada Bisnis seusai acara diskusi bertajuk Technology Update: Peluang dan Tantangan dalam Optimalisasi Pelayanan Perbankan di Jakarta, Rabu (30/11).
Selain itu, tantangan yang dihadapi perbankan pada era transaksi elektronik dewasa ini adalah sistem keamanan. Menurut Harnaka, perbankan membutuhkan sistem keamanan yang sistematis dan dapat digunakan menyeluruh untuk mengamankan sistem teknologi dan informasi perbankan.
“Keamanan ini menjadi faktor penting yang harus dijaga oleh perbankan agar tidak ada data nasabah yang diambil pihak ketiga,” katanya.
Kendati demikian, kendala lain yang dihadapi jika perbankan sudah menggunakan sistem keamanan yang canggih sekalipun dinilai akan berbenturan dengan kenyamanan nasabah. Pasalnya, sistem keamanan yang baik tidak dapat berjalan beriringan dengan kenyamanan nasabah.
“Pengamanan dan kenyamanan biasanya berbanding terbaik. Biasanya kalau mau aman, pasti tidak nyaman. Sebaliknya juga pasti begitu, karena itu pelayanan dan keamanan juga jadi satu hal yang baru,” ujarnya.
Perbankan, menurutnya, juga dapat menggunakan solusi cloud analytics dan data center termasuk menggunakan media sosial untuk campaign.
Menurutnya, selama ini media sosial seringkali dijadikan wadah untuk menyerang perbankan tertentu melalui berbagai isu negatif. “Melalui solusi sosial media Lintasarta, industri perbankan dapat memberikan kampanye positif dan meng-counter-nya, sekaligus memonitoring isu yang beredar di media sosial,” katanya.
Strategic Project Group Head pada PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Andreas Hassim mengatakan industri perbankan dewasa ini perlu mengimplementasikan teknologi yang sesuai dengan kebutuhannya, seperti infrastruktur server, aplikasi dan network yang tepat.
“Jadi semuanya itu harus saling mendukung dan berkesinambungan agar lebih aman ke depannya,” ujarnya.
Menurutnya, BRI juga akan menggandeng sejumlah startup teknologi seperti financial technology(fintech) untuk mengadopsi teknologi kreatif dari startup tersebut.
Dia memprediksi dalam waktu 5 tahun ke depan, mesin EDC milik bank tidak akan digunakan lagi dan akan digantikan oleh teknologi yang ditawarkan fintech. “Mungkin 5 tahun lagi mesin EDC tidak akan digunakan lagi dan digantikan dengan tekonologi yang diawarkan oleh fintech,” tukasnya.
Sumber : Bisnis.com (Bisnis Indonesia)