BANDUNG, 20 April 2016 – PT Aplikanusa Lintasarta (Lintasarta), perusahaan IT Service terkemuka untuk berbagai sektor industri, menjalin kerja sama dengan Lembaga Pengembangan Inovasi Kewirausahaan Institut Teknologi Bandung (LPiK ITB) membangun Co-Working Space di area Innovation Park ITB. Co-Working Space yang dibangun oleh Lintasarta dan LPiK ITB dilengkapi dengan high-speed internet, cloud service, managed service serta para ahli yang akan memberikan masukan kepada para tenant start-up.
Dan pada saat yang bersamaan juga menyelenggarakan LINTASARTA APPCELERATE yaitu ajang kompetisi membuat rencana bisnis dalam bentuk inovasi produk atau aplikasi digital, seperti mobile application, yang memiliki nilai bisnis atau dapat diterapkan untuk berbagai sektor industri: banking, financial, oil & gas, plantation, manufacture, e-health, logistic, transportation, maritim dan tourism.
LINTASARTA APPCELERATE telah dimulai sejak 18 April 2016 lalu dan dilanjutkan dengan serangkaian kegiatan yang meliputi pengumpulan proposal dari peserta, seleksi proposal dan presentasi di hadapan Dewan Juri Panelis yang berasal dari LPiK ITB dan Lintasarta. Puncaknya atau babak final dengan pengumuman pemenang akan dilakukan pada bulan Agustus 2016.
Saat ini, teknologi digital semakin lekat dengan aktivitas masyarakat. Hampir setiap bidang kehidupan sudah disentuhnya, antara lain: transportasi (Gojek, Grab, Uber), pariwisata (Traveloka, Tripadvisor), keuangan dan perbankan (financial technology). Sebagai gambaran, dengan mengutip beberapa sumber tercatat bahwa pada tahun 2013 ada 76 juta online users di Indonesia, 69 juta pengguna facebook, dan 30 juta pengguna Line.
Pada gilirannya, perkembangan teknologi digital memberikan kesempatan bagi talenta anak muda untuk membangun startup sendiri. Perkembangan startup di Indonesia dapat dikatakan cukup menggembirakan. Setiap tahun bahkan setiap bulan banyak founder-founder (pemilik) startup baru bermunculan. Menurut data dari sebuah media online, sekarang ini terdapat setidaknya lebih dari 1.500 startup lokal yang ada di Indonesia.
Demikian juga dengan peluang pasar e-commerce Indonesia. Dengan jumlah pengguna smartphone di Indonesia yang merupakan salah satu yang terbesar di dunia (setelah Cina, India, dan Amerika Serikat), tingkat produk domestik bruto (PDB) dan jumlah penduduk yang terbesar di kawasan ASEAN, pasar e-commerce Indonesia berpeluang untuk tumbuh semakin besar.
Menurut data Bank Indonesia nilai transaksi industri e-commerce pada tahun 2014 telah mencapai US$2,6 miliar atau setara dengan Rp34,9 Triliun dan diperkirakan akan terus meningkat pada tahun-tahun selanjutnya kata Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Sri Agustina dalam sebuah acara di Jakarta belum lama ini.
Hal tersebut dilihat sebagai peluang oleh para pelaku usaha. Mereka menawarkan beragam aplikasi yang memberikan kemudahan dan kecepatan untuk mendukung aktivitas dan kebutuhan hidup sehari-hari. Korporasi kini menjemput konsumen dengan layanan digital, tidak sekadar menunggu konsumen. Misalnya dengan membuat kemudahan pembelian melalui aplikasi lewat internet. Sebaliknya, konsumen kini cukup mengakses aplikasi situs e-commerce tersebut dengan perangkat mobile-nya, mulai dari memilih, memesan, dan membayar barang yang dipesan.
Melihat besarnya potensi bisnis dari teknologi digital, misalkan e-commerce di Indonesia, maka menjadi kewajiban untuk semua stakeholders dalam negeri untuk mendukung agar Indonesia menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Terutama dengan mendorong agar para startup yang jumlahnya besar tersebut mau membuat dan mengembangkan berbagai macam aplikasi yang dapat diterapkan di berbagai industri.
Indonesia memiliki peluang besar untuk menciptakan berbagai aplikasi digital seperti mobile application, karena memiliki Sumber Daya Manusia, terutama generasi muda, yang jumlahnya sangat besar dan tidak kalah kualitasnya dengan SDM negara-negara lain. Peluang keberhasilan mengembangkan perangkat lunak oleh SDM Indonesia lebih besar daripada keberhasilan mengembangkan perangkat keras karena kendala terbesarnya adalah adanya keterbatasan dana untuk melakukan R&D (research & development).
Disinilah terdapat titik temu Lintasarta yang selalu mendorong lahirnya berbagai aplikasi yang dibuat dan dikembangkan oleh SDM dalam negeri untuk mendukung proses bisnis berbagai industri yang menjadi pelanggan Lintasarta. Terlebih lagi Lintasarta sebagai ICT company yang lahir dan besar di Indonesia memiliki kewajiban moral tidak tertulis untuk selalu mendukung solusi IT karya putra-putri bangsa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan industri.
Sementara dengan Institut Teknologi Bandung yang selama ini sudah terkenal dengan visi technopreneurship, Lintasarta menjalin kerja dengan LPiK ITB dengan tujuan untuk mendorong perkembangan solusi-solusi baru dan terbarukan yang akan dilahirkan dari tempat ini.
President Director Lintasarta, Arya Damar mengatakan, “LINTASARTA APPCELERATE adalah salah satu Program Corporate Social Responsibility kami di bidang pendidikan bekerja sama dengan LPiK ITB. Tujuannya untuk mengembangkan minat dan menyediakan sarana aktualisasi bagi para mahasiswa menjadi enterpreneur digital.”
“Kerja sama dengan LPiK ITB juga bertujuan mendukung program pemerintah khususnya Kementerian Komunikasi dan Informatika yang sedang gencar mendorong agar lembaga pendidikan mampu menghasilkan wirausahawan yang mampu memanfaatkan ekonomi digital dalam mengembangkan usahanya,” tambah Arya Damar.
Arya Damar juga berharap Program CSR Lintasarta ini dalam jangka panjang akan membantu terciptanya digital ekonomi atau e-commerce yang akan membuka lapangan kerja seiring dengan aktivitas digital ekonomi yang berbasis internet yang diharapkan terus meningkat setiap tahun.
Ketua LPiK ITB, Prof. Dr. Ir. Suhono H. Supangkat mengatakan, “Kompetisi ini adalah salah satu bagian proses penyaringan ide, selanjutnya yang terpilih melalui proses validasi dan didampingi agar bisa bersaing dan masuk pasar untuk mengisi pasar digital yang peluangnya semakin besar ini.”
“ITB juga mengembangkan ekosistem ITB Innovation Park Kawasan Ganesha yang dilengkapi dengan Co-Working Space dan layanan lain seperti pengurusan paten, pelatihan kewirausahaan , Investor Club maupun Technopreneurship Club,” ujar Suhono.
Prof. Dr. Ir. Suhono H. Supangkat menambahkan Co-Working Space yang dibangun berkat dukungan dari Lintasarta, membuat ITB Innovation Park menjadi fasilitas pengembangan Start-Up menjadi lebih baik.
Peserta kompetisi ini adalah kelompok yang anggotanya terdiri dari 3 sampai 5 orang yang merupakan Civitas Academica dari Institut Teknologi Bandung (S-1, S2, S3) dan alumni ITB.
Proposal atau rencana bisnis yang diajukan akan dinilai dengan paramater application originality atau bukan plagiat dari aplikasi yang sudah ada, problem solving and usefulness, commercial and business value.
Sepuluh kelompok dengan proposal rencana bisnis terbaik akan masuk masa inkubasi selama 4 bulan, Mei sampai dengan Agustus 2016, di LPIK ITB dan kantor Lintasarta. Mereka akan mendapat pendampingan dari para ahli yang memiliki keahlian di bidang mobile application, bisnis dan start-up, serta dana sebesar Rp 30 juta untuk setiap tim yang akan digunakan untuk membangun teknologi atau platform sesuai dengan proposal rencana bisnis masing-masing.
Selanjutnya akan dipilih 3 kelompok terbaik sebagai pemenang dan mendapat hadiah berupa uang tunai.
Sekretariat kompetisi ini berlokasi di Divisi Inkubator Industri dan Bisnis LPIK ITB, Jalan. Ganesha No 15F Bandung 40132.